Hampir bisa dipastikan, setiap hari saya menggunakan jasa ojek. Anda juga ‘kan?
Ojek sangat berguna, terutama untuk bepergian dalam kota. Terlebih lagi sejak kehadiran ojek online dengan kemudahan fitur pemesanan. Maklum, aktivitas kegiatan yang mengharuskan kita menclok dari satu tempat ke tempat lain dalam satu hari, membuat saya dan jutaan orang lainnya mencari cara tercepat untuk mengakali macetnya jalan raya. Jalanan ibu kota ini memang kejam.
Dan berbicara tentang kekejaman jalanan ibu kota, ada satu hal yang menarik perhatian saya. Ini berdasarkan pengamatan sehari-hari. Berada di sisi penumpang membuat kita menghabiskan waktu dengan melihat banyak hal di sekitar kita dalam jarak sangat dekat.
Saya melihat semakin banyak penumpang kendaraan bermotor yang mengeluarkan dan menggunakan smartphone selama berkendara.

Call me weird or paranoid, tapi memang justru saya yang jadi khawatir melihatnya. Ada alasan yang sangat personal atas kekhawatiran saya.
Sekitar tiga tahun lalu, ponsel saya dijambret waktu saya duduk di dalam bajaj. Padahal saya duduk tidak bersandar terlalu dekat ke pintu. Memang waktu itu saya menggunakan ponsel untuk chatting dengan beberapa teman. Jalanan yang cukup sepi menuju kantor membuat saya berpikir bahwa harusnya perjalanan bisa berjalan aman. Yang terjadi malah sebaliknya.
Sejak saat itu, sebisa mungkin saya tidak mengeluarkan atau menggunakan ponsel saat berkendara. Kalau pun terpaksa, biasanya untuk membuka Google Maps saat pengendara dan saya sama-sama tidak tahu jalan. Daripada the blind leading the blind ‘kan? Tapi itu pun cukup sebentar saja untuk mengetahui patokan arah perjalanan.
Selebihnya ponsel disimpan kembali ke kantong atau tas. Segala macam urusan pembicaraan, janjian, balas email, sebisa mungkin dilakukan sebelum naik ojek.

Beberapa teman pernah mengemukakan alasan mereka untuk tetap beraktivitas selama di ojek:
“Gue masih bisa produktif, bok. Ngomong ama klien, ngatur jadwal meeting.”
“Ya daripada bosen di jalan kan, mending liat sosmed atau sekalian streaming aja.” (Ada lho!)
“Deadline. Diburu-buru banget soalnya.”
Biasanya alasan-alasan itu saya terima dengan anggukan.
Selesai mengangguk, saya akan mengatakan tiga kata yang sama untuk semua alasan yang berbeda:
“IT CAN WAIT!”
Berbicara dengan klien atau teman, mengatur jadwal, sampai bekerja atau membayar tagihan, semua bisa menunggu.
Lagipula, alasan paling utama kita untuk memilih ojek adalah kecepatan. Supaya cepat sampai. Oke, mungkin banyak yang memilih karena alasan ekonomis, which I completely agree. Tapi kecepatan motor di jalan raya masih menjadi alasan utama kita memilih moda transportasi ini.
Tentu saja faktor kecepatan ini hadir dengan resiko. Supir yang menerobos lampu merah, jalan di jalur busway, bersinggungan dengan motor dan mobil lain. Saya sudah pasrah berapa kali kaki ini terantuk bemper mobil karena pengendara ojek ceroboh. Sudah complain, sudah ngomel, tapi apakah ada jaminan bahwa kejadian tersebut tidak terulang lagi?

Dan ketika kita bisa mencapai tempat tujuan dengan cepat dibanding penggunaan moda lain, barulah kita bisa melakukan semua aktivitas kita yang tertunda dengan nyaman. There’s always time for everything. There’s always time for all we need to do.
Kalau hidup ini penuh dengan pilihan, maka pilihan saya adalah menunda demi keamanan. Yang penting cepat sampai tujuan in one piece. Jadi ini pegangan saya.
Nah, jadi apa yang Anda pegang supaya aman?
15 tanggapan untuk “Mau Aman? Pegangan!”
Aku baru sekali naik gojek dan itu juga karena panik takut ketinggalan kereta jadi ndak inget waktu itu pegang henpon apa engga ya.
Kalau bilang selamat puasa nya di sini nggak papa kan? Selamat berpuasa ya 🙂
SukaSuka
Hahaha. Gpp. Terima kasih, ibu catering/blogger/traveler.
SukaSuka
gue juga pal, kalau di ojek, di bajaj, hp selalu tersimpan rapat! Kebiasaan aja.
SukaSuka
Kebiasaan baik kok itu.
SukaSuka
Tapi Pal, saya seringnya baca linimasa dan artikel-artikel bagus di jalan (makin ke sini seringnya di ojek online). Kalo di kantor waktu udah kemakan kerjaan, di rumah udah nyaman dibelai kasur. :p
SukaSuka
Waduh. Kalo pas naik taksi atau Uber, atau di dalem bis sih, gak papa ya. Tapi kalo lagi naik motor, lebih baik jangan.
SukaSuka
aku sesekali kalau lagi kepepet suka naik uber motor.
pas lagi naik motor itu, suka lihat hape juga. tapi aku ndak inget kenapa ya nyempetin buka hape pas motor melaju. aku juga bingung. besok deh kalo udah inget, aku komen lagi.
SukaSuka
Ini udah besok dari kemarin lho, oom. Udah inget kenapa?
SukaDisukai oleh 1 orang
setelah aku inget-inget alesannya kenapa suka ngelirik, hape, sampe sekarang masih belom inget kenapanya.
SukaSuka
aku seringnya pegang HP karena tiap naik ojek online (sering banget dapet ojek online yg gatau jalan, dan aku pun pendatang baru kebetulan)
SukaSuka
Kalau untuk pesan dan telpon sampai ojek online-nya datang, gak masalah kok. Yang penting nggak pakai ponsel selama berkendara.
SukaSuka
idem sama mas didut, suka heran sama orang yg hobi buka hp di atas motor.
ga’e boncenger, lha drivernya aja sering keliatan buka2 hp, telepon, foto2!
aku juan takjub sama pemotor dan boncenger sekarang. kayak nyawanya 9.
SukaSuka
Foto2 selama berkendara itu berbahaya.
SukaSuka
Saya pegang helm soalnya bawa motor sendiri hihihi~
Tapi emang takjub sama orang-orang yang hobi buka HP di atas motor. Gak tau keamanan berkendara sama sekali.
SukaSuka
Lho, helmnya emang gak dipake, mas? Trus kalo lagi bawa sendiri, helm lainnya kan ditaruh aja tho? #dibahas :))
SukaSuka