Belakangan group WhatsAppku bertambah dengan satu chatroom berisi kawan-kawan kelas 3 SMP. Awalnya berisi lima orang, bertambah dengan teknik penjaringan macam MLM. Masing-masing anggota mendaftarkan kawan lain yang tercecer entah di mana rimbanya. Dalam waktu seminggu lebih sedikit, terkumpul setengah dari seluruh siswa.
Tentunya percakapan dimulai dengan “hai” dan puluhan “apa kabar?” Dilanjutkan “di mana sekarang?” sampai “udah punya berapa anak?” Juga lainnya yang menjawab aneka penasaran masing-masing anggota. Kami mebagikan foto-foto masa lalu dan sekarang. Membuktikan kalau metabolisme, gravitasi dan waktu berlaku sama-rata untuk semua orang.
Sebagian besar sudah berkeluarga. Beranak-pinak dengan pasangan masing-masing. Punya kisah kehidupan sendiri-sendiri yang terlalu panjang dan klise kalau dibagikan dalam chatroom. Sebagian kecil melajang. Entah karena pilihan, terpaksa, atau enggan. Ini juga buka hal yang gampang dibagikan untuk orang yang cukup asing 20 tahun ini.
Karena SMP kami di Bandung, maka percakapan dalam bahasa sunda akan sering sekali muncul. Kelakar-kelakar khas tanah Pasundan dan selera humor mereka yang tinggi sangat menghibur. 70% dari anggota chatroom ini adalah silent reader. Kesibukan dan keengganan berpadu jadi alasan valid untuk diam.
Mengingat lagi kelakuan dan kebiasaan kawan-kawan kita. Minta maaf, kalau pernah berbuat salah. Bangga, kalau memang patut. Ada bully,curang, nyontek, nakal. Sebutkan saja semua jenis kenakalan jaman SMP, kami bisa menyebutkan nama pelakunya kalau masih ingat.
Rencana reuni berkembang dari satu tanggal ke tanggal berikutnya. Sedikit sekali yang terwujud. Kalaupun ada, biasanya spontan tanpa rencana. Beranggotakan 3 sampai 8 orang yang memang punya kesempatan waktu dan tempat serupa. Disusul dengan mengirimkan foto-foto hasil kumpul-kumpul itu untuk memancing reuni berikutnya. Berhasil? Belum tentu.
Percakapan paling seru biasanya menjelang malam. Hibrida lelah dan bosan justru berbuah topik hangat. Saling menyindir. Memuji. Rencana reuni lagi-lagi muncul. Dan, lagi-lagi mentah dalam wacana. Dengan umur rata-rata 35, semua anggota chatroom punya ritme kehidupan yang mirip satu dan lainnya. Chatroom sepi di jam-jam kerja.
Untungnya, belum ada dakwah agama atau jualan aneka barang dan asuransi. Belum ada alasan anggota chatroom untuk meninggalkan grup yang penuh canda.
Untuk orang-orang yang mewarnai minimal 9% dari waktu hidup kita di bumi, perkumpulan ini adalah nostalgia kecil yang mengungkap banyak hal. Terlebih, masa SMP adalah awal pematangan hormon dewasa yang berujung banyak akibat. Ketertarikan masa lalu tersibak. Siapa menyukai siapa mengalir santai. Penuh satir dan khawatir. Bagi beberapa orang, butuh dua dekade untuk bilang “suka” dengan terbuka. Yang lainnya terhubung lebih dari sekedar 1 tahun masa 3 SMP. Menjalin perkawanan lebih dalam lagi hingga usia dewasa. Sebagian, mungkin pernah saling mencintai. Memendamnya. Atau mewujudkan ketertarikan itu lewat sex. Banyak kisah manis. Ada juga yang pahit. Cinta ndak se-monyet apa yang dipercaya banyak orang di masa-masa remaja.
Secara politik masing-masing anggota chatroom berkonsolidasi. Ada kesepakatan ndak tertulis untuk sama-sama rindu. Berdamai dengan diri sendiri dan orang lain. Mengaduk-aduk kenangan yang lama terpendam. Apparently time doesn’t heal, it only blurred our memories.
Akhirnya, bergunakah menghadirkan masa lalu di kehidupan kita sekarang? Pertanyaan ini baru bisa terjawab kalau sudah melakukan satu hal paling penting dari nostalgia: reuni.
6 tanggapan untuk “Nostalgia Kecil”
Grup whatsapp SMAku isinya 90 persen dakwah saling mengingatkan. Akunya tersinggung karena dianggap lupa melulu. Lelah Kak.
SukaSuka
Ikut prihatin ya Kii
SukaSuka
Mengembalikan masa lalu? Tergantung berpegangan dengan mahzab yang mana
Confucious: Pelajari masa lalu untuk menghadapi masa depan
Entah siapa: Kenangan adalah penipu. Dia membuat hal lebih indah dari semestinya…
Saya: I don’t believe in reunion….
SukaSuka
I i iyaa
SukaSuka
Tumben kamu melankolis, Don.
SukaSuka
Masa Melankolis? Cuma belum makan aja ini lho…
SukaSuka