Menstagram, Really Men?

Kecuali para pria itu profesinya adalah model, personal trainer, bintang film, motivator fisik dan profesi-profesi lain yang memang perlu menampilkan fisiknya, bisa dipahami mengapa instagramnya dipenuhi selfie.  Instagram telah menjadi media untuk portfolionya. Menjaring potensial klien dan bisnis.

Belakangan semakin banyak pria-pria usia dewasa yang suka memamerkan keelokan fisiknya di Instagram. Dari kota besar kini merambah ke kota-kota kecil di Indonesia. Posenya pun bukan sembarang, tapi sering setengah telanjang. Lekuk-lekuk otot dan tubuhnya yang sempurna, menjadi bagian yang paling ditonjolkan. Memperlihatkan ekspresi wajah yang jantan. Bahkan tak sedikit pula yang telanjang walau malu-malu kucing. Erotisme maskulinitas pria masa kini seperti memasuki wilayah yang tadinya dikuasai oleh perempuan. Sambutlah, Menstagram.

Untuk siapa para Menstagram tersebut melakukan ini? Untuk menarik lawan jenis kah? Dalam sebuah survey kecil di Path, para perempuan kompak berkata bahwa pria-pria seperti itu hanya untuk dilihat atau tidur semalam saja. Jangankan untuk dinikahi, dipacari saja gak mau. Pria yang terlalu mencintai dirinya sendiri, tak menarik. Ada banyak alasan yang mengikutinya, seperti tak bertanggung jawab, penakut, anak mami, kemungkinan besar gay, dan lain sebagainya.

Untuk menarik perhatian sesama jeniskah? Bisa jadi. Karena kalau diteliti satu per satu, sebagian besar yang berkomentar dan memberikan tanda “hati” adalah kaum pria. Pria mengagumi bentuk tubuh dan fisik sesama pria?  Tanpa perlu terburu-buru menuduh orientasi seksualnya gay. Tapi baiklah kita sepakati dahulu bahwa Menstagram sadar sepenuhnya bahwa yang ngelike juga sebagian besar adalah sesama pria. Berarti, memang ada hasrat untuk menarik perhatian sesama jenis di Instagram. Atau setidaknya membiarkannya terjadi.

Relasi sesama pria itu menarik. Kalau ditarik ke belakang zamannya pria jadi kuli pekerja, maka yang terkuat mendapat pengakuan sebagai “pria tulen”. Maka muncullah tokoh-tokoh pria perkasa seperti Hercules. Zaman berkembang, pria yang pemikir dan cakap menjadi sosok pria idola. Kemudian pria yang terkaya menjadi panutan. Dan seterusnya sampai era digital memecah belah. Tak ada lagi satu tipe pria yang menjadi panutan. Tapi beragam. Sekarang masing-masing tipe pria punya “crowd”nya sendiri-sendiri. Demikian pula dengan Menstagram.

Dari runutan itu, dikagumi oleh sesama pria menjadi hal yang alami. Tak hanya ingin dikagumi oleh perempuan, para pria pun ingin mendapat pengakuan dari sesama pria. Sebagai lebih pintar, lebih kaya, lebih cerdas, lebih kuat, dan tentunya, lebih tampan. Yang berarti, sesama pria pun bisa menilai dan mengagumi pria yang tampan, berbadan bagus, bahkan seksi. Sama seperti sesama perempuan saling membandingkan kecantikan dengan perempuan lain. Sama seperti pria menilai mana perempuan yang cantik. Dan kalau ditarik lebih sedikit lebih jauh, berarti setiap pria punya fantasi erotis yang maskulin. Tak hanya fantasi terhadap perempuan

Fantasi itu kemudian ada yang dipendam karena dinilai tak sesuai dengan ajaran agama, adat, kodrat dan keluarga yang berlaku. Ada pula yang dengan santai menerimanya sebagai bagian yang manusiawi. Dan ada pula yang menentang habis-habisan. Group terakhir ini adalah yang sering disebut sebagai yang paling “laki banget”. Mereka sering mengekspresikan kejijikannya kalau melihat foto pria telanjang dada memamerkan otot. Apalagi kalo pose lagi mandi. Melihat para Menstagram berpose, para “laki banget” ini bisa membakar handphonenya.

Artinya, para Menstagram adalah pria yang memiliki sisi feminin yang besar. Feminin di sini tak berarti perempuan. Suka dengan keindahan (fisik), suka dengan pemujaan (likes dan lope), dan suka dengan pengakuan (jumlah followers). Dan ini harus diakui sebagai sifat yang manusiawi dan tak berhubungan dengan orientasi seksualnya. Tak berarti para Menstagram itu gay. Tapi pasti memiliki sifat feminin yang lebih dominan dibanding dengan maskulin.

Otot lengan yang sempurna, perut sixpack, rambut yang rapi dan kekinian, pose yang menggoda, itu adalah soal estetika. Yang selama ini digolongkan sebagai milik perempuan saja.
Menjadi masuk akal saat para perempuan (yang juga memiliki sifat feminin) menjadi tidak tertarik. Tapi bisa menarik bagi para perempuan yang memiliki sifat maskulin. Pemahaman maskulin dan feminin ini yang selama ini terjadi penyempitan makna. Maskulin hanya milik pria dan feminin hanya milik perempuan.
Sehingga banyak yang tidak terima, karena lantas dikaitkan dengan orientasi seksual. Padahal, sekali lagi, tidak ada hubungannya.

Saking khawatir sisi femininnya terbaca jelas, ada Menstagram yang berpose dengan pasangan perempuannya. Ada yang menyebutkan akun pasangan perempuannya di bio. Ada pula yang dengan sengaja berpose seolah habis berhubungan badan dengan perempuan. Atau sekedar memposting quote-quote bertema pria sejati. Ini berarti, citra adalah penting bagi Menstagram.

Karena begitu pentingnya, sebelum sebuah foto dirinya diunggah, bisa dipastikan dia memastikan fotonya itu sesuai dengan citra yang ingin ditampilkan. Sebagai pria berotot, pria eksotis, pria yang fun, pria yang seksi dan sebagainya. Dengan kesadaran akan dikagumi juga oleh sesama pria seperti disebut di atas.

Screen Shot 2016-02-27 at 3.13.42 PM

Sampai dua tahun yang lalu, media masih mempermasalahkan para pria yang suka selfie. Salah satunya NY Daily News yang mangatakan pria yang suka selfie sebagai: people who are narcissistic tend to think they’re better than others, but may have some simmering insecurities. Psychopaths have a lack of empathy for others and are prone to impulsiveness. Self-objectification refers to placing one’s value on appearance. Atau Haruki Murakami dalam bukunya berkata “a gentleman shouldn’t go on and on about what he does to stay fit”. Tapi tenang, mereka tidak dianggap sebagai pria yang berbahaya. Dan belum ada hadits yang menyarankan untuk membunuh Menstagram. Ini hanya perubahan perilaku seiring perubahan zaman.

Karena sebenarnya, narsis pun beragam bentuknya. Ada yang suka kalau dikagumi karena fisiknya, ada yang suka kalau dikagumi otaknya, kepiawaian menulisnya, kemampuan memasak, kecepatannya berlari, ketaatannya beribadah, kekayaannya, dan lain sebagainya.
Perbedaannya ada pada kemampuan mengontrol diri. Seberapa besar kemampuannya untuk menahan agar tak sampai berlebihan sehingga merugikan diri dan citranya. Bukankah semua yang berlebihan hanya akan menjadi senjata makan tuan? Dan kemampuan ini hanya bisa ada kalau memahami dan berempati terhadap sesama manusia.

Misalnya anda perempuan dan baru berkenalan dengan seorang pria yang berpenampilan menarik di sebuah pesta. Pria itu juga memberikan tanda-tanda bahwa dia tertarik dengan anda. Saat pulang, anda langsung mengecek akun media sosialnya. Dan saat melihat akun instagramnya, ternyata dipenuhi dengan selfie beragam pose, mengenakan baju atau telanjang. sedang di gym atau pantai. Semua dipenuhi dengan wajah dan badannya. Masih akankah anda melanjutkan hubungan ini?

Atau anda seorang boss yang baru saja menginterview calon karyawan. Anda kemudian meminta bagian HRD untuk mengecek akun media sosial calon tersebut. “Waduh Boss, liat nih Instagramnya… setdah! Dah kayak model bokep gini boss…” kata HRD.

Atau anda seorang gay, baru berkenalan di Twitter dengan seorang pria. Anda langsung mengecek akun Instagramnya. Yang memang diisi dengan foto-foto menggairahkan yang memamerkan keindahan tubuh dan wajahnya. Anda akan menjadikannya calon pacar idaman, atau hanya akan memanfaatkan tubuhnya saja?

Menstagram bukan soal benar salah atau mulia hina. Ini adalah soal kesadaran bahwa social media telah berhasil mengangkat sisi feminin seorang pria yang selama ini diredam. Mungkin inilah era yang selama ini dinantikan sekaligus dikhawatirkan. Era di mana maskulinitas dan feminitas bergerak leluasa sesuai dengan ekspresi dari hati yang terdalam. Membuka diri atau menutup diri, era itu akan datang. Karena ini soal waktu. Dan tak ada yang bisa mengendalikan waktu. kecuali Sang Waktu sendiri.

jaden-smith-goes-shirtless-wears-a-dress-for-vogue-korea-01Jaden-Smith-to-Star-in-New-Louis-Vuitton-Womenswear-Campaign1

Jaden Smith To Star In New Louis Vuitton Womenswear Campaign

By:


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: