Baru-baru ini ada layanan televisi streaming yang masuk ke Indonesia. Namanya Netflix. Beberapa bulan lalu saya sempat bahas di sini. Sederhananya Netflix adalah layanan televisi berbayar. Mirip dengan TV kabel. Hanya saja untuk menyetelnya membutuhkan koneksi internet. Satu lagi yang membedakan adalah Netflix menyediakan film seperti layaknya perpustakaan yang buka 24 jam. Selama mempunyai koneksi internet yang kencang dan berlangganan. Semua orang bisa melihat film atau serial apa saja yang ada di Netflix. Di mana saja. Kapan saja. Tapi hadirnya Netflix ini membuat ancaman bagi pemilik TV kabel. Indovision dan Telkom kebakaran jenggot. Bahkan kabar terbaru Telkom memblokir layanan Netflix. Yang artinya bagi mereka pengguna Speedy atau Indihome maka tidak akan bisa melihat tayangan dari Netflix. Persaingan usaha. Wisbiyasak.
Saya selalu menganggap dari dulu bahwa internet adalah jalan raya. Mungkin ini adalah analogi yang paling tepat. Pengguna internet Indonesia menempati posisi keempat di Asia. Mungkin karena penduduknya yang banyak. Tapi seberapa cepatkah internet di Indonesia? Ranking berapa di dunia? Sama kayak lapisan Tango. Ratusan. Indonesia berada di urutan yang tidak begitu jauh dengan ranking sepakbola Indonesia di FIFA.
Emang buat apa internet cepat? Pertanyaan yang agak dangkal tapi bagus juga sebetulnya. Internet lambat itu seperti naik mobil Jumat malam di Jakarta. Internet cepat itu seperti naik mobil di Bandung hari Senin jam dua dini hari. Bisa bedakan ya? Yang mana lebih cepat sampe tujuan dan yang mana lebih menikmati perjalanan? Buat sebagian orang internet adalah nyawa. Banyak pekerjaan yang menggantungkan pada internet. Semakin lambat internet ya semakin lambat pekerjaan selesai. Sama seperti karyawan yang akan menemui kliennya atau hanya sekedar meeting. Kalau jalanan lengang maka pekerjaan akan lebih selesai. Dan energi sudah tidak banyak terkuras. Ketika jalanan macet maka kita akan lebih lama sampai tujuan. Akhirnya misuh-misuh. Stress. Mengundang penyakit datang. Kalo internet cepat kan bisa teleconference meeting. Hemat energi.
You can’t stop the internet, but you can slow it down.
Dengan adanya blokir dari perusahaan telekomunikasi itu sebetulnya hanya untuk menghambat informasi. Karena sesungguhnya tidak ada yang bisa menghentikan internet. Kita cuma bisa menghambat. Selalu ada jalan. Bahkan David Bowie di tahun 1999 sudah meramal internet akan seperti apa. Internet bisa sangat membantu tapi bisa juga sangat “mengerikan” dampaknya pada kehidupan manusia.
Ah. Seandainya saja beberapa pejabat penting dan strategis di negeri ini mempunyai visi seperti David Bowie. Tidak perlu berpendidikan tinggi.