Setengah Hari Bersama Bowie

Sekitar dua setengah tahun yang lalu, tepatnya bulan November 2013, saya berkesempatan mengunjungi kota Toronto. Tanpa ada rencana yang telah disusun sebelumnya, saya memutuskan mencari tahu, kalau-kalau ada acara menarik yang sedang diadakan di kota itu. Terlebih lagi, ada waktu kosong di hari Minggu.
Dari sekian banyak listing acara di beberapa situs “what’s happening at Toronto right now”, mata saya tertuju pada satu acara. Nama acara itu hanya mengandalkan nama orang yang ditaruh dalam satu kalimat. Bahkan kalimat itu pun tidak lengkap.

DAVID BOWIE is

Itu saja. Tidak ada titik, tidak ada koma, tidak ada garis yang menandakan fill in the blank. David Bowie adalah (isi sendiri sesuai dengan interpretasi).

(by yours truly)
(by yours truly)

Saya bukan penggemar David Bowie. Jarang mendengarkan lagu-lagunya. Malah biasanya setelah mendengarkan lagu tertentu, dan tahu judul serta lirik lagu itu, kadang suka dikasih tahu teman kalau penyanyi lagu itu adalah David Bowie.
“Itu suara siapa yang nyanyi Under Pressure bareng Freddie Mercury?” / “David Bowie.” / “Ooo …”
“Eh ini lagu Heroes enak juga ya.” / “Ya itu David Bowie.” / “Ooo …”

Meskipun bukan penggemar David Bowie, tapi saya tahu David Bowie. By reputation, of course. Selayaknya saya tahu nama dan sosok pesohor-pesohor lainnya di dunia ini. Saya pernah baca, lihat dan mendengar sosok David Bowie di televisi, media cetak, dan film-film yang pernah saya tonton. Keberadaan David Bowie dalam pop culture selama hampir 5 dekade mustahil untuk dihiraukan. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengunjungi pameran ini.

Berangkatlah saya ke Art Gallery of Ontario. Kebetulan tempat menginap sangat dekat dengan museum modern ini, cukup jalan kaki 5 menit. Saya mendapat giliran masuk pukul 10:30 pagi. Museum menerapkan sistem pintu masuk dibuka setiap 30 menit agar tidak terlalu ramai pengunjung di satu tempat.

Mulailah saya masuk di ruangan pertama, dimulai dari masa kecil David Bowie, yang saat itu masih bernama David Robert Jones. Tentu saja ini bukan sekedar pameran biasa, dengan informasi yang dipajang di dinding atau berupa diorama. Bukan.
Kita melihat pergerakan hidup seorang David Robert Jones melalui masa kecilnya, sampai bertransformasi menjadi seorang David Bowie selama lebih dari 60 tahun.
Melalui ratusan foto, video, materi audio, kliping, dan seni instalasi yang khusus dibuat untuk pameran ini, kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa David Bowie tidak pernah berhenti mencari. Apa yang dia cari? Banyak. Terlalu banyak untuk dijabarkan, sehingga tiga lantai ruangan pameran dengan sejumlah artefak tidak membuat kita lantas puas menelisik setiap sisi David Bowie.
He leaves us wanting for more.

(by yours truly)
(by yours truly)

Ada satu bagian pameran yang membuat saya berhenti cukup lama.
Di bagian itu tertulis “David Bowie is Moving From Time to Time”.
Tulisannya terpampang miring ke atas. Di bawah tulisan ada monitor kecil yang memperlihatkan David Bowie menyanyikan lagu Space Oddity. Di sebelah monitor ada kostum yang dikenakan David Bowie saat menyanyikan lagu itu. Di depan monitor dan kostum ada informasi tentang kostum dan video yang kita lihat.
Saya tertegun di depan tulisan itu. Display ini diletakkan di tengah-tengah pameran. Jadi saat melintas bagian ini, masih ada 1.5 ruangan lagi yang belum terjelajah. Namun yang terlintas di pikiran saya ketika membaca tulisan ini adalah betapa David Bowie tidak pernah lelah mengeksplorasi diri. Dia tidak pernah berhenti di satu jenis musik. Dia tidak pernah berhenti di satu jenis image. Dia tidak pernah berhenti, karena dia tidak mau tergerus waktu.

(by yours truly)
(by yours truly)

Saya ingat, pengunjung pameran ini beragam. Ada orang tua, ada anak-anak muda. Pria, wanita. Ada yang bergaya flamboyan, ada yang biasa-biasa saja. Mungkin yang tua mengenang masa-masa muda mereka, saat David Bowie di puncak kejayaan di awal tahun 1970-an. Saat David Bowie dengan androgynous look bereksplorasi dengan seksualitas yang memang merefleksikan kegelisahan jaman itu.
Mungkin yang muda melihat bahwa ada sosok panutan dari masa lampau yang sudah berani menjadi diri sendiri. Dan itu dilakukan secara konsisten, sekali lagi, tanpa henti.

Hampir setengah hari saya habiskan di pameran ini. Rasanya masih ingin lebih banyak lagi yang ingin saya ketahui tentang sosok David Bowie. Tentang pilihannya, tentang rasa deg-degan yang mungkin saja menghampirinya saat ingin tampil dengan gaya tertentu. Tentang his artistic choices, dan bagaimana bertahan dengan pilihan itu, meskipun banyak yang mencibir. Tentang bagaimana selalu berubah agar tidak termakan zaman.

Dan kita hanya bisa mereka-reka dari lagu-lagu David Bowie yang akan terus kita dengar.

David Bowie is beyond words.

(by yours truly)
(by yours truly)

By:


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: