David Bowie: Dari Lazarus Menuju Bintang Hitam

Lupakan sejenak Golden Globe. Tidak ada kejutan yang berarti. Satu kejutan mungkin menangnya film The Martian sebagai film terbaik di kategori komedi atau musikal. Lalu apa hubungannya dengan David Bowie? Film itu menggunakan lagu “Starman” dari David Bowie ketika Matt Damon terdampar dan menjadi petani kentang di Planet Mars. Walaupun saya sebetulnya lebih suka “Life on Mars?”. Saya sempat mempertanyakan kepada sineas Hollywood kenapa mereka tidak pernah menggunakan lagu Bowie ketika ada adegan di luar angkasa. Di film Gravity sebetulnya sangat cocok lagu “Space Oddity” dikumandangkan. Di Interstellar pun begitu. Akhirnya ada Ridley Scott yang menggunakan lagu Bowie. Oya satu lagi. Di Guardian of the Galaxy lagu “Moonage Daydream” kalo tidak salah sempat berkumandang.

IMG_20160112_000524_754

Satu hal yang pasti, kematian dari David Bowie sang legenda musik pop dari Inggris ini tetap menyisakan misteri. Seperti lirik di lagu-lagunya. Ini memang masih teori dan masih tetap harus diuji. Tapi tidak apa-apa kan sedikit berteori konspirasi. Dia kan David Bowie. Hidup dan musiknya nya yang seperti bunglon. Banyak menyimpan pertanyaan. Androgini. Feminin dan maskulin sekaligus. Sejak tahun 70an. Kenapa dia begini. Kenapa dia begitu. Ketika dia menjadi Ziggy Stardust, era transformasi itu dimulai. Bowie memang terkenal sebagai musisi yang sangat terkonsep. Entah dari karakter yang dia ciptakan atau dari musiknya. Kadang dia mempunyai lagu yang sangat manis dan enak didengar. Tapi di sisi lain dia bisa sangat memusingkan dengan lagu yang tidak enak dicerna. Tapi itulah Bowie. Di setiap dekade dia mempunyai karakter tersendiri. Itulah yang membuat namanya menjadi besar dan kenapa musiknya tetap relevan hingga saat ini.

IMG_20160111_232742_631
ilustrasi karya emier

Akhir tahun lalu Bowie mengeluarkan singel terbaru berjudul “Blackstar”. Saya pernah ulas mengenai lagu dan video ini. Video dan lirik lagu ini rupanya adalah petunjuk. Melalui videonya dia menyiratkan bahwa Major Tom sudah resmi mati. Menurut website-nya, davidbowie.com, dan juga media sosial Facebook dan Twitter yang mengumumkan obituari hari Senin kemarin–dia sudah divonis kanker sejak 18 bulan lalu. Kebetulan? Saya kira tidak.

Lalu apa yang dia lakukan? Membuat album untuk terakhir kalinya sebagai penutup perjalanan hidupnya. Dia tahu umurnya tidak akan lama lagi. Album “Blackstar” dirilis pas ketika dia menginjak usia 69, pada tanggal 8 Januari 2016. Video Lazarus yang juga sebagai singel terakhir dia dirilis tanggal 7 Januari 2016 Bowie semakin memberi pertanda yang memperjelas bahwa dia akan segera meninggalkan bumi ini. Dan dia sudah siap. Dari video di bawah dia sebetulnya dia sedang memberi petunjuk bahwa dia sedang sakit keras. Itu bisa terlihat dari liriknya. Since he’s David Bowie. He had to do it in style. Untuk meninggal pun tetap harus terkonsep. Harus keren. Mati seperti layaknya hidup adalah juga karya seni. Ini saya amini.

Look up here, I’m in heaven

I’ve got scars that can’t be seen

I’ve got drama, can’t be stolen

Everybody knows me now

Look up here, man, I’m in danger

I’ve got nothing left to lose

I’m so high it makes my brain whirl

You know, I’ll be free

Just like that bluebird

Now ain’t that just like me

Lazarus adalah karakter dari Injil yang konon dihidupkan oleh Yesus setelah empat hari kematiannya. Melalui metafora Lazarus ini Bowie ingin menceritakan apa yang dirasakan ketika kita sebetulnya sudah mati dengan divonis kanker ganas yang menyerang tubuh kita. Kehidupan sisanya hanya tinggal menunggu waktu. Dia sudah merasakan segalanya. Dunia sudah pernah ada di genggamannya. Dia sudah mengalami apa yang belum kita alami. Apa yang dia mau sudah dia capai. Penggunaan kata blue bird di lirik Lazarus juga mengingatkan kita pada puisi Charles Bukowski dengan judul yang sama yang mengartikan blue bird sebagai simbol kebebasan atau kepergian.

Lalu empat hari setelah video musik Lazarus dia meninggal. Kebetulan? Saya kira tidak. Dia telah merencanakan kematiannya sendiri. Lagu Blackstar dan Lazarus adalah dua indikasi kuat. Tapi melalui Blackstar dan Lazarus dia memberi satu pelajaran. Anda boleh saja divonis kanker dan ajal sudah mendekat. Tapi anda tidak boleh berhenti berkarya. Blackstar dan Lazarus telah menjawab dari misteri-misteri yang belum terjawab. Dia pernah menjadi Major Tom, Ziggy Stardust, Alladin Sane, Goblin King, Halloween Jack, Tin Machine, The Thin White Duke, Berlin Bowie dan masih banyak lagi. Tapi untuk mengakhiri misinya sebagai bunglon (dari penampilan maupun musik ini) dia bertransformasi menjadi Lazarus dan diakhiri dengan menjadi Bintang Hitam.

IMG_20160111_232040_318

Selamat jalan David Bowie. Selamat bangkit kembali dan mengembara sebagai bintang hitam.

 

2 respons untuk ‘David Bowie: Dari Lazarus Menuju Bintang Hitam

  1. Pertama kali tertarik karyanya Bowie pas denger lirik di reffrain “Change” (film Shrek?). Setelah itu baru ngeh kalau sudah akrab dengan nada lagunya yang lain tanpa tau penyanyi atau memperhatiin syairnya.

    Gara-gara artikel linimasa, seharian terngiang “I’m a black star, I’m a black star,” dan membuat saya merasa jadi robot alien di tempat kerja hahaha.

    Seniman yang hebat. Hormat.

    “Time may change me, but I can’t trace time.”

    Suka

  2. IMO, kurang pas Gravity diisi dengan lagu Space Oddity. Atau lagu-lagu lain, for that matter. Keheningan film Gravity adalah bagian terkuat dari film ini. #TeamGravity #gariskeras
    Space Oddity sendiri sudah cukup indah mengisi film The Secret Life of Walter Mitty.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s