Curiosity Kills Blind Faith

Seperti juga apapun dalam hidup, terkadang materi bacaan kita juga bisa memberikan arah yang menarik yang ternyata kita jalani. Seperti saya cukup sering sebutkan, kalau beberapa tahun belakangan ini saya jadi cukup sering membaca buku-buku tentang nutrisi. Lalu beberapa bulan belakangan ini buku buku tersebut lebih fokus kepada membedah apa yang sering dikutip oleh media dan apa sebenarnya yang yang ada di balik “penelitian ilmiah” yang seringkali menjadi rujukan yang seolah tak tergoyahkan. Padahal nyatanya, tak jarang badan peneliti membeberkan hasil yang jika ditilik data asalnya lebih dalam, sama sekali tidak cocok dengan klaimnya. Atau istilahnya cherry picking. Mereka melihat dan mengambil data yang mendukung hipotesa mereka saja. Yang menunjukkan hasil sesuai dengan asumsi atau teori mereka dianggap tidak sah atau tidak digunakan.

Belum lagi publikasi penelitian yang sering menggunakan kata “berkaitan” yang secara implisit mengatakan kalau ada hubungan sebab akibat. Contohnya: “setelah data yang dikumpulkan diperiksa, ternyata jumlah kendaraan bermotor berwarna merah berkaitan dengan jumlah kecelakaan yang lebih tinggi dari rata-rata.” Jika membaca kalimat begini, memberikan kesan kalau, jika para pemilik kendaraan bermotor berwarna merah mengecat ulang mobil atau motor mereka menjadi warna lain, maka kemungkinan mereka mengalami kecelakaan akan menurun. Padahal kaitannya bukan sebab-akibat secara langsung. Mungkin saja ketika ditilik lebih dalam, yang suka warna merah lebih banyak yang usianya masih muda, sehingga sering berkendara dengan keadaan emosi yang belum terlalu matang.

Tetapi sayangnya yang terjadi, ketika sudah ditulis di media, apalagi dengan mengutip seorang “ahli”, seolah banyak orang berpegang dengan kata-kata tersebut tanpa mempertanyakannya. Padahal, sekarang adalah masa di mana informasi apapun tersedia untuk siapa pun. Tetapi biasanya jawaban yang mengandung kebenaran justru malah tertimbun di bawah begitu banyak informasi yang asal terdengar bombastis.

Jika seorang “ahli” mengatakan kalau sebuah negara atau daerah tertimpa bencana karena masyarakatnya suka berbuat maksiat, apakah Anda percaya? Richard Feynman, sang ahli Fisika berkata, ketidakpercayaan terhadap para ahli adalah titik mula yang penting dari sains. Jika membicarakan sains, jangan hanya berpikir soal Fisika, Kimia atau Matematika saja. Jadikan semua informasi titik mula kita. Tidak terima mentah-mentah dari ahli, media atau apapun itu. Cari referensi lain. Be curious.img_0706

By:


Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: