Di penghujung tahun itu standar biasanya suka ada rangkuman kegiatan yang terjadi dari awal tahun sampai akhir bulan ini. Hanya tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun 2016, menurut kalender Gregorian, yang diakui oleh seluruh dunia secara de facto. Di setiap aplikasi ataupun media sosial pun banyak yang aplikasi entah itu aplikasi tambahan atau memang media sosialnya yang mengeluarkan fitur tersebut. Di Facebook ada year in review untuk apa saja yang telah terjadi setaun ke belakang atau untuk yang lebih personal ada juga. Twitter pun punya Year In Review. Tadi malam saya mulai liat Best Nine versi Instagram berseliweran. Merangkum sembilan foto yang paling banyak di-like di Instagram.
Nah untuk di hari Selasa ini saya coba merangkum apa saja yang menjadi album favorit saya. Percayalah tidak akan ada Coldplay atau Taylor Swift di dalamnya. Tahun 2015 ini merupakan tahun yang bagus bagi dunia musik sebetulnya. Banyak sekali album yang berkualitas yang dirilis tahun ini. Mari kita cek. Semoga tidak ada yang terlewat ya. Ini cuma album favorit saya. Tidak mewakili para penulis Linimasa. Kalo merasa terwakili ya terima kasih. Kalo tidak ya masa sih ah. Daftarnya menurut abjad ya.
Alabama Shakes – Sound and Colour
Album kedua dari band yang digawangi oleh Brittany Howard ini berusaha keluar dari genre blues yang diusung di album perdananya. Tapi aroma blues tetap menjadi benang merah di album ini. Brittany, yang di album perdana vokalnya menjelma menjadi perpaduan antara Janis Joplin dan Etta James. Di album ini dia berusaha merambah wilayah baru dengan menjadi Prince, Marvin Gaye, Curtis Mayfield dan juga Erykah Badu. Suaranya tetap mencengangkan.
Beach House – Depression Cherry
Album pertama di tahun 2015. Ya mereka merilis dua album tahun ini. Produktif. Saya pilih album ini. Karena untuk setiap hari menuju senja dan lelah dengan rutinitas itu-itu saja, kita pasti membutuhkan sedikit Beach House untuk sekedar relaksasi. Album ini cocok diputar di tempat refleksi menggantikan lagu-lagu Kenny G. Bir atau substansi downer bisa menjadi teman baik untuk menikmati album ini.
Benjamin Clementine – At Least For Now
Benjamin meraih Mercury Prize melalui album ini. Artinya Benjamin Clementine meraihnya di album perdananya. Album yang juga sukses secara komersial di Eropa setidaknya. Amerika Utara masih demam Adele dan EDM. Untuk perbandingannya mungkin Nina Simone yang mendekati dari segi jenis suara. Dia bernyanyi seperti sedang membaca pusisi sambil diiringi oleh dentingan piano atau alat musik lainnya. Masa depan musik tidak sesuram yang kita kira. Ada harapan di pundak Benjamin Clementine.
Bjork – Vulnicura
Album ini adalah album patah hati versi Bjork. Album yang mengingatkan saya pada beberapa album awalnya di tahun 90an yang masih easy listening untuk ukuran Bjork. Album ini dirilis pasca perpisahannya dengan pasangan hidupnya bertahun-tahun menemaninya.
Dr. Dre – Compton
Album dari pemilik headphone merk Beats yang diakuisisi Apple ini merupakan sontrek dari film Straight Outta Compton. Biopik dari grup hip-hop paling berbahaya pada jamannya, N.W.A. Coba satu trek bersama Eminem.
Father John Misty – I Love You Honeybear
Album kedua dari Josh Tilman dengan nama panggung Father John Misty ini merupakan album yang sungguh enak didengar. Apalagi di musim hujan seperti di bulan Desember ini. Tidak sulit untuk mencernanya. Tinggal pencet play dan rebahan. Beres.
Florence + The Machine – How Big, How Blue, How Beautiful
Kembalinya Florence, biduanita dari Inggris Raya bersuara tinggi dan melengking tapi tidak annoying. Di album ketiga ini dia berusaha untuk berdamai dengan dirinya sendiri walaupun sedang patah hati. Album yang akan dengan mudah masuk ke jajaran album ketiga terbaik.
Grimes – Art Angels
Di genre elektro-pop ini saya sodorkan Claire Boucher. Penyanyi dari Kanada dengan nama panggung Grimes ini menyuguhkan musik yang komplit. Ada sedikit MIA. Ada sedikit Taylor Swift. Ada sedikit Depeche Mode.
Joanna Newsom – Divers
Kalo kamu suka Fiona Apple, Kate Bush, atau Regina Spektor. Atau mungkin suka ketiganya, maka ada 70% kecenderungan kamu juga bakal suka album ini. Ada kemiripan dari ketiga penyanyi yang saya sebut di atas dengan Joanna Newsom.
Julia Holter – Have You In My Wilderness
Album keempat yang ambisius. Eklektik. Tapi album ini lebih pop dibanding dengan album-album sebelumnya. Ada aroma psikedelik soft rock era 60an di lagu She Calls Me Home. Bukan album yang bisa dinikmati oleh setiap orang. Tapi Julia Holter tidak peduli.
Kendrick Lamar – To Pimp A Butterfly
Setelah mendengar album ini. Percayalah anda akan menganggap Drake itu sebagai rapper guyonan. Begini memang seharusnya membuat album hiphop. Pasca Eminem–mungkin dia adalah emcee terbaik untuk saat ini. Belum ada lawan sepadan.
Laura Marling – Short Movie
Transformasi Laura Marling dimulai di album ini. Setelah berakustik di empat album awalnya. Maka di album ini ia berusaha memainkan lagunya dengan format elektrik dan band. Tidak banyak yang berhasil melakukan perubahan ini dan bisa diterima oleh penggemarnya. Mumford & Sons gagal. Laura Marling tidak.
New Order – Music Complete
Sejak Peter Hook meninggalkan New Order tahun 2007–banyak yang menyayangkan kejadian ini. Peter Hook itu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari New Order. Basslines darinya menghasilkan banyak lagu yang legendaris. Seperti Gallup di The Cure. Tapi penggantinya, Tom Chapman tahu itu. Ganjarannya, album ini justru seperti mengembalikan mereka ke era 80an.
Sufjan Stevens – Carrie and Lowell
Selama Stevens berkutat di permasalahan asmara, mitos dan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab–maka ia akan terus membuat album yang bagus. Carrie and Lowell adalah album yang tidak berlebihan. Sufjan Stevens berusaha menjadi dirinya sendiri. Bernyanyi untuk dirinya sendiri. Dan kita hanya bisa menikmati.
Tame Impala – Currents
Album ketiga dari band Kevin Parker. Lebih enak didengar. Lebih mudah dicerna dari dua album sebelumnya. Bayangkan jika punya banyak lagu seperti It Feels Like We’re Going Backwards di satu album. Tidak akan langsung jatuh cinta satu kali mendengar album ini. Tapi begitu kamu mulai suka maka kamu gak bisa lepas dari Currents. Sebagus itu.
Wolf Alice – My Love Is Cool
Ketika kamu mendambakan band yang digawangi para perempuan cantik dan penuh nuansa grunge di era 90an. Maka Wolf Alice adalah jawabannya. Di satu lagu mereka bisa beringas. Tapi di lagu lainnya mereka bisa begitu lembut. Ada sedikit Jekyll and Hyde di album ini.
Ada yang terlewatkah? Selamat Tahun Baru!
Pertama denger Benjamin dari channel yutub La Blogotheque, dan langsung terpikat. Tame impalanya salah ketik, Gun.
Lumayan banyak dapat referensi album dari pos ini. Terima kasih. 😀
Terima kasih. Sudah disunting. Ini siapa sih? Itu wordpress pake apa theme-nya.
pake theme ini: https://wordpress.com/themes/intergalactic/ dengan gambar uplodan hasil terawangan mbah gugel.
Hoo.. Beastie Boys.. Terima kasih.
benjamin clementine mas. aku suka anet. at least for now
Oh. Iya bagus itu. Lupa euy. Entar diapdet deh.