Scorsese: Sutradara Rock And Roll

Kabar terbaru yang baru saya lihat beberapa hari lalu adalah bahwa Martin Scorsese, sutradara peraih Oscar di film “The Departed” baru saja mengumumkan bahwa dia akan kolaborasi dengan Mick Jagger untuk membuat mini seri yang berjudul “Vinyl” yang akan disiarkan oleh HBO. Serial bergenre rock drama yang bercerita mengenai industri musik dengan label rekaman fiksi bernama American Century Records yang bersetting tahun 70an dan berlokasi (di mana lagi kalo bukan) di New York di mana scene musik disko dan punk mulai bermunculan. “Vinyl” akan dibintangi oleh Olivia Wilde dan James, anak dari Mick Jagger.

SHINE A LIGHT

Martin Scorsese adalah sutradara dari era 70an yang masih produktif hingga saat ini. Salah satu dari banyak sutradara yang memelopori dari gerakan New Hollywood Movement atau American New Wave. Karena di tahun 60an Hollywood hampir mengalami kebangkrutan. Sutradara yang bisa mendekati keproduktivitasannya dalam membuat film di abad 21 ini mungkin Woody Allen. Tapi tanpa kasus pelecehan seks tentunya. Sementara sutradara seangkatan lainnya, Spielberg lebih fokus menjadi produser. George Lucas pun begitu. Francis Ford Coppola entah saya lupa film terakhirnya apa. Ridley Scott boleh dibilang masih produktif. Tapi banyak juga yang sudah wafat.

scorsese1

Selain kebiasaannya memakai aktor yang sama di banyak film; dengan Robert De Niro dari era 70an sampai 90an. Sudah delapan film dibuat. Lalu di tahun 2000an dilanjutkan oleh Leonardo DiCaprio yang sudah mencapai enam film dengan film terakhirnya “Wolf of Wall Street”. Selain itu Martin Scorsese adalah merupakan sutradara yang juga dekat dengan dunia musik dan juga narkoba. Dia pun pernah membuat film dengan tema musikal; “New York New York” yang dibintangi Liza Minneli dan tentu saja De Niro yang ternyata tidak laku secara komersial. Film itu membuatnya frustrasi dan terjerumus menjadi pecandu narkoba. Hampir saja dia memutuskan untuk pensiun dari dunia film. Tapi Robert De Niro menyemangatinya dan agar membuat film lagi. Film ini dibuat ketika dia sedang bergelut dengan narkoba. Namun ternyata ini adalah salah satu film terbaiknya. Film ini pula yang kembali melambungkan namanya. Film adiluhung itu berjudul “Raging Bull”. Koleksi Oscar De Niro pun bertambah menjadi dua. Yang sampai saat ini belum bertambah lagi. Mungkin harus menunggu dia berkolaborasi lagi dengan Scorsese baru bisa dapet Oscar lagi. Konon memang akan ada filmnya, disandingkan dengan Al Pacino. Hah?

Kerja sama dengan Mick Jagger ini bukanlah yang pertama kali. Karena sebelumnya mereka sudah berkolaborasi dalam film dokumenter yang berjudul “Shine A Light”. Yang menceritakan persiapan konser The Rolling Stones yang dihadiri oleh Bill Clinton, Presiden Amerika Serikat saat itu. Bahkan lagu “Gimme Shelter” dari The Rolling Stone muncul di tiga film Scorsese. Scorsese memang penggemar The Rolling Stones. Ada yang tau film apa aja lagu itu muncul? Film dokumenter lainnya yang masih berhubungan dengan dunia musik yaitu mengenai kehidupan George Harrison di luar The Beatles yang berjudul “Living In The Material World.” Sebelumnya dia juga membuat dokumenter berjudul “No Direction Home“, perjalanan dari musisi Bob Dylan. Dia juga adalah sutradara dari video musik Michael Jackson – Bad.

Tapi dibalik itu ada pesan tersirat yang ingin Scorsese sampaikan dibalik pemilihan dan kenapa dia banyak membuat film dokumenter. Dia ingin sekali mendokumentasikan sejarah (khususnya dunia musik) melalui audio visual, dalam hal ini film. Sesuatu yang sangat jarang terjadi di Indonesia. Saking cintanya dia pada dunia film dia pun bahkan sengaja membuat film Hugo, yang notabene “tidak Scorsese” karena itu bisa dibilang “dokumentasi” film yang menceritakan tentang sejarah film dari kacamatanya. Tribut terhadap George Melies. Bahkan film “Lewat Djam Malam” pun diselamatkan oleh Martin Scorsese dengan bantuan dari pemerintah Singapura. Bukan Indonesia.

scorsese2

Mengapa begitu sedikit film dokumenter mengenai musik atau apapun di Indonesia? Bahkan untuk menonton atau membeli film lokal lama pun begitu susah di Indonesia?

2 respons untuk ‘Scorsese: Sutradara Rock And Roll

  1. Tidak hanya di Indonesia, tapi di sebagian besar negara juga, tidak banyak film dokumenter yang dibuat per tahunnya. Dari sedikit itu, lebih sedikit pula yang dirilis di bioskop. Tentu saja ini karena pertimbangan komersial ya, karena memang commercial lucrative aspect film dokumenter sangat kecil dibanding film fiksi. Sebagian besar film dokumenter dibuat untuk konsumsi televisi. Akhir-akhir ini juga untuk konsumsi jaringan konten di internet. Film dokumenter Indonesia kebanyakan diedarkan melalui jaringan festival, atau lewat program-program pemutaran khusus di kampus, sekolah, atau event terbatas yang diadakan oleh NGO, misalnya. Selebihnya, televisi. Dokumenter musik bukan tidak ada, tapi sedikit sekali. Yang bisa gue ingat tanpa harus googling:
    – dokumenter Noah;
    – dokumenter Mocca;
    – dokumenter grup musik keroncong di Jakarta (pernah ada di 21 Short dua tahun lalu);
    – dokumenter Slank; dan,
    – dokumenter grup reggae Indonesia – Belanda (mungkin sedang post production).
    Pernah ada satu sutradara berusaha membuat dokumenter pembuatan album dan konser terakhir Chrisye. Sempat lihat rough cut nya, tapi entah apa yang terjadi dengan project ini. Sudah cukup lama soalnya.

    Oh iya, sekedar menambahkan aja, kalo film favorit karya Martin Scorsese versi saya adalah “The Age of Innocence”.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s