Sementara Millennials sudah masuk kerja dan mengambil alih posisi professional di banyak perusahaan, gelombang berikutnya dalam perkembangan. Seperti biasa, bisnis yang harus menyesuaikan diri. Kalu sejak Generasi-X saja sudah banyak mengeluh, Industri yang seperti ini dijamin akan gulung tikar ketika Millennials membuang muka dari mereka. Bisnis butuh satu dekade untuk memahami Millennials. Sekarang, selamat datang Gen-Z!

Generation Z, adalah anak-anak yang lahir akhir tahun 90-an dan awal tahun 2000-an. Masuk usia dewasa di tahun 2010, lalu mencapai usia kerja tahun 2015—2025. Tahun ini, gelombang pertama dari mereka masuk kerja. Dari sini, Millennials harusnya bukan lagi generasi yang aneh. Bisnis yang tanggap akan segera pasang kuda-kuda untuk Gen-Z. Melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah dan memperhatikan apa yang mereka inginkan. Pasar akan betul-betul berubah.
Kelompok ini cenderung punya pikiran instan. Mereka lebih dari sekedar tanggap komputer, ponsel, tablet, dan atau video game, tapi lebih terkoneksi dan dipenuhi kesenangan-kesenangan fantasional. Punya kesabaran psikis yang aneh. Tahan stress dan mandiri di luar batas nalar. Mereka dibesarkan oleh Generasi X punya saudara Millennials dan generasi Z. Mereka dikelilingi Soccer mom dan Helicopter parents—Jenis orang tua yang mendedikasikan dirinya secara penuh pada perkembangan dan pemenuhan kebutuhan si anak.
Untuk permulaan, berikut sumbangsih mereka pada tata bahasa kita:
Emesh: gemes.
Kzl: kesel.
Cukstaw: cukup tau saja.
Pataw: siapa tau.
Baper: bawa perasaan.
Khanmaen: bukan main.
Anen anet: kangen banget.
Okanet: ok banget.
Warbyasak: luar biasa.
leh uga: boleh juga.
Ndak. Kita ndak harus tau itu semua, tapi cukstaw. Geli anet, khan?
Gen-Z lebih berwarna. Mereka lahir dari generasi yang mendobrak pranata sosial. Terutama di Amerika, ujung dari gelombang ini bisa jadi dibesarkan oleh orangtua homoseksual. Mereka adalah anak-anak antar ras, agama, dan suku yang punya adat-istiadat global. Orangtua Batak Gen-Z, hanya mampu mewariskan marga. Selebihnya, mereka berkembang dengan mengadaptasi teknologi. Lingkungan sosial maya jauh lebih penting dari yang ada di depan mata. Kejadian maya di sekitar mereka punya andil dalam kenyataan. Generasi Baby Boomers akan kesulitan berkomunikasi dengan Gen-Z. Jangan lagi ada pertanyaan, “kamu orang apa?”
Agama cuma label. Atau kebodohan. Generasi ini ndak melihat agama menguntungkan untuk bersosialisasi. Mereka cukup melihat betapa agama bisa jadi racun bagi kemanusiaan. Mereka belajar dan mempertanyakan peran agama bagi kebaikan. Pergaulan global yang terbentuk dalam jejaring online ndak memberi ruang untuk batasan-batasan yang diajarkan agama.
Sex mengalami kemunduran. Bukan masuk ruang tabu, tapi bisa tercukupi secara fantasional. Kegiatan sex milik pribadi. Sendiri, berdua atau berkelompok yang ndak lagi butuh kehadiran fisik. Kenikmatan sex terlalu banyak saingannya bagi mereka. Fokusnya terepecah-pecah. Berkembang biak juga bukan keputusan bijak bagi peradaban Gen-Z.
Bekerja cuma tempat, tapi juga waktu. Lingkungan kerja dengan mesin absensi dan perhitungan cuti akan ditertawakan. Bisnis mesti paham ke mana arusnya. Karir mereka terbentuk bukan melalui aneka kesuksesan materil. Bisa jadi kata “karir” yang aku sebut barusan juga ndak relevan lagi. Apakah pekerjaan memberikan kenyamanan? Apakah membuat mereka lebih baik? Gen-Z adalah generasi paling efisien dan logis. Segera ubah pemikiran 9-5 yang kedaluarsa.
Gen-Z lebih dewasa dari umurnya. Kalau kita generasi yang kaget kenapa Millennials berumur 30 bisa berada di posisi eksekutif, Gen-Z akan menempatinya di umur 25. Mereka berfikiran lebih dewasa, ambisius, sekaligus logis. Punya kecenderungan demokratis mutlak yang bisa mengubah tatanan peradaban lebih jauh lagi. Kalau bisnis ndak mampu membuat solusi, mereka akan menemukannya. Mengubur cara lama dan menggunakan pilihan paling efektif yang mereka rasa nyaman.
“Generation Z are so mature and they learn so fast, they might just be ready to take over by the time they’re 22.“–Michael Hirshon, The New York Times.
6 tanggapan untuk “Selamat Datang Gen-Z!”
Saya selalu suka Gen-Z. apalagi jika PLN lagi kumat dan listrik mati muluk.
SukaSuka
Reblogged this on f * w o r L d and commented:
somehow agak mengerikan tapi menjanjikan.
lieur.
SukaSuka
Mereka lebih kreatif dan berani. Gue suka ternganga-nganga melihat kehebatan mereka :)) Yahh faktor gizi dan perkembangan zaman siii
SukaSuka
Reblogged this on Story of My Super Life.
SukaSuka
kayaknya kalo ngomongin Gen Z di sini, hanya mencerminkan generasi di kota kota besar saja. Tidak serta merta mewakili ribuan bahkan jutaan anak anak muda yang ada di kota kecil. Apa perasaan saya aja ya? 😀
SukaSuka
Iya. Ini cuplikan urban
SukaSuka