Kemarin saya dan beberapa orang dari tim mengadakan pertemuan dengan seorang pemilik resor di tempat terpencil yang menyenangkan. Mohon diperhatikan bahwa kata menyenangkan saya gunakan untuk menerangkan resor, bukan pemiliknya. Karena dari awal pertemuan, si Bapak bangsa Kaukasia ini sangat irit senyum, bahkan gurauan ringan yang saya lemparkan ditanggapi dengan wajah lempeng atau bahkan sedikit cemberut. Saya hanya berpikir dalam hati, mungkin dia masih jetlag, salah bangun tidur siang, atau pertemuan sebelumnya kurang menyenangkan.
Sebenarnya yang saya ingin ceritakan di sini bukan pertemuan itu, tetapi bagaimana melihat seorang yang grumpy, jadi sadar kalau saya juga akhir-akhir ini sumbu kesabarannya sedang agak pendek. Saya cukup paham sebabnya, sebenarnya kumulasi dari banyak hal; pekerjaan maupun pribadi, fisik maupun mental, tetapi saya jadi lebih mudah terganggu dengan hal yang biasanya masih bisa saya tanggapi dengan biasa saja. Terlebih lagi jika saya di tengah orang banyak, yang menurut saya banyak dari mereka memiliki kemampuan super untuk mengganggu orang lain (secara tidak sengaja). Bisa jadi memang saya tidak suka dengan orang banyak atau kebanyakan orang. Demi kesehatan mental, atau alasan egois saja (juga karena saya masih tercekik deadline dan kepala kurang bisa berpikir jernih mencari ide) saya ingin membuat daftar hal-hal yang mengganggu saya.
Menurut saya, ada tempat istimewa di akhirat (kalau ada) baik sumu’ maupun sejuk untuk orang-orang yang:
- Menitip minta dibelikan barang di bagian komentar social media ketika melihat rekannya sedang bepergian ke tempat tertentu.
- Berjalan di tempat umum beriringan ke samping sehingga menyulitkan orang yang ingin mendahului.
- Berjalan pelan di tempat umum yang jalurnya cukup sempit (jembatan penyeberangan) di posisi yang menyulitkan orang yang ingin berjalan cepat mendahului, kemudian ketika tertabrak secara tidak sengaja reaksi terkejutnya seperti kalau suaminya ditabrak bemo.
- Berhenti dan/ atau bergerombol tepat di depan eskalator masuk atau keluar karena belum memutuskan untuk berjalan ke arah mana, atau bertemu dengan orang dikenal dan memutuskan untuk cipika cipiki di tempat yang tersebut di atas, sehingga menyebabkan orang yang hendak keluar ataupun masuk eskalator tertabrak/ tersandung atau tertahan.
- Mengantri panjang di tempat pembelian makanan, lalu ketika gilirannya tiba ternyata belum memutuskan ingin memesan apa, bertanya ini itu kepada pramukasir (ada tidak ya istilah itu?) bahkan memanggil-manggil temannya yang berada di ujung dunia dan sedang melakukan hal yang mengesalkan lainnya untuk menentukan pesanan mereka, yang tentunya temannya ini akan memakan waktu kurang lebih 10.000 menit untuk berpikir juga.
- Memakai satu alat di gym, menyampirkan handuk di atasnya, meletakkan botol minum juga di sana, kemudian setelah satu set menonton TV 20 menit sebelum set berikutnya. sementara orang lain yang ingin menggunakan alat tersebut harus memindahkan barang-barangnya. Mungkin ini metode baru alternatif dari mengencingi lokasi untuk menandai teritori.
Itu saja yang terpikir oleh saya, mungkin yang lain ada yang menambahkan? (Maafkan sungutan saya kali ini).

Tinggalkan Balasan ke pipooh Batalkan balasan