Jika memang waktu adalah bagian dari dimensi keempat dan yang kelimanyanya adalah cinta, maka jika kita cakap mendesain panjang lebar dan tinggi, maka sudah sepatutnya kita juga mulai belajar mendesain dan memanfaatkan waktu, terlebih cina. eh cinta.
Nilai estetique dari benda yang melingkupi duniawi mudah ditemukan disana-sini. Bagaimana dengan waktu? Bagaimana dengan cinta?
Karena cinta itu berat untuk dibahas dan dibahasakan, seperti apa yang ditulis kawan amenkcoy.
Maka apa boleh bikin, kita tinggalkan bicara cinta. Apalagi kepercayaan. Bicarakan waktu saja saat ini, lalu dan kemudian.
Kembali ke kalimat ini: Nilai estetique dari benda yang melingkupi duniawi mudah ditemukan disana-sini. Bagaimana dengan waktu? Bagaimana dengan cinta?
Mendesain waktu butuh keahlian juga. Bahkan harus. Tidak hanya menyodorkan waktu apa adanya. Namun memuliakannya, membuatnya canggih sehingga enak dinikmati tanpa meninggalkan fungsinya. Filem barat dan timur, utara dan selatan, tenggara, daya, laut, semuanya bicarakan waktu dengan berusaha mengangkanginya untuk menembus bolak-balik, maju-mundur, lompat, dan balik lagi. Jutaan manusia berusaha membuat waktu menjadi sesuatu yang dikuasai. Mekanisasi waktu. Membuatnya menjadi mesin.
Alangkah hebatnya bukan, tidak hanya langit dan bumi, tapi juga waktu ingin dikuasai.
Sebetulnya waktu cukup diberi sentuhan gaya saja disana dan disini. Biar kelihatan enak dipandang. Nikmat dialami. Indah dikenang. Awet ketika disimpan. Waktu yang disofistifikasi.
Buku Leces tampil apa adanya. Juga buku Kiky. Atau Exercise dan Kencana juga Kokuyo. Tapi jika kita lihat buku tulis bikinan Korea, dari fisik kertas, tampilan sampul dan pilihan warnanya apik memikat mata dan hati. Mahal harganyapun tak mengurungkan niat kita membeli. Sama fungsinya. Tulis-menulis. Tapi nikmat rasanya untuk dimiliki. Sebagian menyukai buku organizer mewah bersampul kulit?
Bagaimana dengan waktu. Harusnya bisa diberlakukan hal yang sama. Bisa dimodifikasi menjadi lebih lucu, unyu dan enak dinikmati.
Agak susah memang mendesain waktu. Wujudnya tidak dapat disentuh dan digenggam seperti gawai hape yang kita punya. Waktu mengalir melulu tiada henti. Waktu liar kesana-kemari. Bisa jadi berjalan linier, namun jangan menutupi kemungkinan waktu juga berjalan seiring namun beda jalan. Paralel.
Waktu didesain untuk indah dan enak dirasakan itu juga butuh rencana. Mereka menyebutnya jadual. Ini sebetulnya adalah tahapan paling ringan mendesain waktu. Jika bentuk wadag dari benda bisa diubah menjadi bulat, lonjong, kotak dan mewarnainya hingga sedap dipandang mata. Merah kuning hijau dan tralala trilili, maka waktu juga boleh diringkus, diperpanjang dan dinikmati sesuka kita.
Saat kita bangun tidur sebaiknya saat ayam jago Pak RT bernyanyi di pagi hari. Saat kita berangkat kerja sebaiknya bertepatan dengan jadual kereta datang menghampiri. Saat memandang dia, sebaiknya saat dia lengah dan duduk seenaknya dengan rambut tergerai dan wajah manis plus senyum memesona.
Kita sama-sama diberi tanah lempung seukuran. dibentuk sedemikian rupa jadi mobil-mobilan, boneka barbie atau jadi bulatan kecil untuk peluru ketapel. Waktu juga begitu. Sama-sama diberi 24 jam sehari. Ada yang membiarkannya tergeletak. Ada yang merangkainya dengan pertemuan-pertemuan. Kegiatan-kegiatan. Dan ada juga yang berusaha mengembang-biakkan.
Apa? waktu bisa berkembang biak? Tentu saja tidak. Waktu bukan makhluk hidup yang bercinta dan memiliki keturunan. bahkan bercinta pun belum tentu untuk memperoleh keturunan. Waktu dapat dikembang-biakkan dalam limit pengertian jaga kesehatan dan memadatkan kualitas waktu.
Kesehatan untuk kuantitas usia. Memperpanjang kesempatan hidup. Kualitas untuk merasakannya lebih bermakna. Fungsinya yang dimuliakan.
Demi waktu. Akhirnya semua akan merugi, kecuali yang memaknainya untuk terus bermanfaat bagi sendiri dan orang lain. Juga menjalaninya penuh dengan kesabaran.
Konsep mendesain waktu belum menjadi hal yang enak dinikmati memang. Kemewahan sifatnya masih pada benda berwujud. Orientasi kepemilikan sesuatu yang dilihat dan dirasakan dan boleh banget dipamerkan. Kemewahan waktu masih jarang disadari dan dimanfaatkan sebaik mungkin.
Budaya ngaret sudah usang. Desainlah menjadi lebih simpel dan ringkas. Membuat waktu menjadi apa adanya. Tepat dan bermanfaat.
Akan tetapi..
Jangan salahkan orang yang sedang mendesain waktunya untuk sekadar leyeh-leyeh, gegoleran dan mager. Itu bagian dari keputusannya untuk membuatnya demikian. Toh bisa jadi dengan melakukan itu, dirinya merasa waktunya menjadi nikmat. Jangan deh ganggu kenikmatan orang.
Juga jangan iri hati jika ada yang mendesain waktunya menjadi padat dan bulat seperti milik Kim Kardashian. Setiap lima menit bertemua orang lain. Menjadikannya titik pertemuan dan menghasilkan suatu rencana pada dimensi lain. Iya. Dimensi kelima misalnya. Iya. Cinta namanya. Habiskan waktu dan didesain untuk asyik-masyuk bercinta melulu. Love melulu. Tak apa. Memang pilihan dia dan dia.
Ada juga yang menabung waktu dengan mendesainnya secara ketat. Kerja keras. Lalu di akhir hari, bulan atau hidupnya, Mendesain waktu menjadi lebih lentur. Menikmati apa adanya. Leyeh-leyeh di kala senja.
Pernah mencoba mendesain waktu orang lain? membuatnya bekerja untuk kita. mengajaknya bertemu pada satu titik waktu. Tertawa bercanda dan akhirnya berpelukan menangis berdua? Semacam mendesain waktu bersama untuk berbagi waktu bersama. Rasanya bagaimana?
Atau mendesain waktu untuk diri sendiri. Malas bertemu orang-orang. Semacam me time.
Kelas lebih tinggi dalam mendesain tentu saja tidak hanya untuk rentang jangka pendeque, melainkan jangka panjang tanpa meninggalkan detil. setahun kedepan begini. Dua tahun kedepan begini. Agar lima tahun saya begini, setiap bulan saya kudu begitu dan begono. Setiap hari berarti harus begitcu.
Jika lima tahun begitu maka diharapkan sepuluh tahun lagi jadi begitulah. Duapuluh tahun lagi ya gitu. Melinimasakan hidup diri sendiri. Menggaris-garis waktu. Membuatnya runcing, lentur, tegas, dengan ornamen warna-warni atau polos, dengan disiplin ketat dan kaku atau memilih membiarkan waktu berjalan menyusuri hamparan luas ketidakpastian masa depan. Kita susuri sungai yang belum terpetakan . Merelakan nasib sendiri pada keadaan.
Pasrah pada waktu. Memberikan kesempatan waktu untuk mendesain garis hidup kita.
Pilihan. Tidak melulu Pemilu. Pilihan, selalu ada di setiap kesempatan.
Selamat pagi, waktu. mari kita mencumbu Sabtu.
Salam anget dari sini. pegang dada kiri
Roy, (yang sedang memulas waktu menjadikannya lebih manis saat dijilat. lebih berwarna di kala gelap. dan lebih lembut saat dipeluk).
memandang langit
menantang matahari😁
SukaSuka
ada juga yang menyesali waktu
“kenapa harus ada waktu itu”
SukaDisukai oleh 1 orang
tiba saatnya.. tiba saatnya.. pukpuk
SukaSuka