
Mau cari tau tentang apa? Besarnya gunung es di antartika sampai besarnya payudara Kim Kadarshian? Siapa pemimpin negara paling berhasil di dunia sampai siapa selingkuhan pemimpin negara? Warung kopi yang sedang hits di Paris sampai Paris van Java? Sekarang semua bisa ditemukan dengan satu klik. Cukup dengan jempol, semua informasi (yang sering diartikan sebagai pengetahuan) bisa didapatkan dari world wide web dengan mudah.
Dan semakin banyak tahu, maka bisa dianggap semakin pintar. Padahal, banyak tahu bukan berarti pintar. Demikian pula sebaliknya. Banyak tahu, dalam bahasa Inggris disebut knowledgeable sedang pintar disebut smart atau clever. Orang yang banyak membaca tentunya dia akan menjadi orang yang banyak tahu. Tapi belum tentu dia pintar. Karena definisi pintar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah cakap, cerdik, banyak akal atau mahir.
Di media sosial sering kita temukan orang-orang yang banyak tahu. Tanda-tandanya, sering memberikan link-link bacaan berbobot diiringi hasrat untuk kultwit atau memberitahukan yang di tahu ke orang-orang yang dianggap tidak tahu. Memiliki kecenderungan untuk mengajar dan tak jarang menganggap orang yang tidak tahu itu adalah bodoh.
Sementara orang yang pintar, lebih beragam. Tak jarang orang pintar menyampaikan pikiran dan perasaannya di media sosial secara lugu. Atau diam-diam tiba memposting hasil karyanya. Mereka pandai memilah isi postingan di timeline. Informasi mana yang benar mereka butuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan. Orang pintar memiliki kecenderungan rendah diri karena merasa dirinya kurang banyak tahu. Dan kagum pada orang-orang yang dianggap lebih banyak tahu.
Sejak kecil kita dijejali dengan mantra “rajin pangkal pandai” dan setelah dewasa kita dijejali dengan mantra “orang pandai minum tolak angin”. Eh itu pintar deng… Anyway…
Semakin lama kita akan lebih banyak menemukan orang yang banyak tahu. Dari pengetahuan umum sampai rahasia umum. Dengan pengetahuannya itu, mereka bisa diterima di banyak pergaulan. Dalam perbincangan di meja kopi pun, mereka bisa memuntahkan semua yang diketahuinya. Banyak yang kagum pada mereka. Semakin banyak yang kagum bikin mereka semakin getol mencari pengetahuan dan informasi.
Buat orang pintar, eh kok jadi beda makna ya…. Ok diulang… Buat orang pandai, mereka akan mempertanyakan hasil dari orang banyak tahu. Dengan sebanyak itu pengetahuan dan informasi yang mereka miliki, apa yang telah kalian perbuat? Inovasi apa yang telah kalian ciptakan? Karya apa yang telah kalian perbuat? Orang pandai menuntut hasil nyata.
Sementara orang yang banyak tahu, akan meremehkan orang pandai. Karena orang pandai lebih sering berbuat dan mengambil keputusan dengan pengetahuan yang minim dan mengandalkan intuisi belaka. Banyak keputusan salah yang telah diambil orang pandai berujung pada kegagalan. Tapi banyak pula keputusan benar sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Ingin menjadi orang pandai atau orang banyak tahu, semakin lama terasa bukanlah pilihan. Tapi takdir. Dunia memang dibagi dua karenanya. Orang banyak tahu mendewakan ilmu pengetahuan. Institusi pendidikan tersohor adalah Mekkah bagi mereka. Orang pandai mendewakan karya. Bentuk. Bagi mereka institusi pendidikan bukan hanya tak penting tapi mengekang. Mengekang kebebasan berpikir dan menyeragamkan intuisi.
Netizen. Generasi paham dan pengguna sejati internet, menemukan dunia yang membuka pintu dan jendela pengetahuan yang seluas-luasnya. Manfaat atau mudarat? Hanya bisa ditentukan kalau kita sudah menemukan siapa kita sebenarnya. Apa yang kita inginkan. Apa yang menjadi motor penggerak kehidupan kita setiap hari. Apa yang menjadi hasrat yang membuat hidup lebih berbahagia dan bermakna. Tanpa dasar ini, semua informasi dan pengetahuan yang ditelan tanpa tujuan dan maksud, hanya akan membingungkan. Membuat kita ragu dalam mengambil keputusan. Takut melakukan banyak hal. Penuh perhitungan yang membunuh spontanitas.
Pengetahuan dan informasi yang kita miliki baru akan menemukan kehidupannya, hanya dan jika hanya berguna untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Kalau tidak, segala informasi dan pengetahuan perlahan akan menjadi senjata makan tuan yang memberikan rasa bosan dan jenuh. Karena sifatnya yang memiliki batas. Bukankah kita sedang hidup di zaman “bosenan”?
Sementara batas apa yang dimiliki oleh imajinasi. fantasi dan intuisi?
Too Much Information Can Kill You. Seperti barang menumpuk di gudang yang tak lagi memiliki fungsi. Tapi kesulitan membedakan mana orang yang pandai dan mana orang yang banyak tahu, adalah kebutahurufan tersendiri lagi.
—
Btw, ukuran payudara Kim adalah 34D
5 tanggapan untuk “TMI Can Kill You”
unfollow hotradero!
SukaSuka
banyak tau informasi biasanya banyak beredar di bahan publikasi; yang lebih mengedepankan sensasi dan mengundang reaksi.
eeniwei, aku akan menyebarkan tulisan ini di media pribadi ku agar makin banyak orang tahu hal sepenting ini seperti aku.
SukaDisukai oleh 1 orang
SELALU
Lagi serieus baca,
Trus ada sarkas yg nyelip itu …. bikin buyaaarr
(Dbaca : ngakak dulu)
Anyway,
banyak tahu itu kadang menyakitkan, sedang tidak tahu apa-apa bukan pilihan
SukaSuka
Saya juga cup D.
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku pernah baca juga tuh di ensiklopedia
SukaSuka