“I want us to be together for as long as we’ve got, and if that’s not very long, well, then that’s just how it is. It’ll have to do.”
Kalimat di atas diucapkan dalam film The Theory of Everything saat Jane memutuskan menikah dengan Stephen Hawking. Keputusan yang nekat, karena Stephen telah mengingatkan Jane bahwa dokter memvonis dia hanya mempunyai waktu 2 tahun untuk hidup.
Tentu saja seperti kita tahu, Stephen Hawking masih hidup sampai sekarang. Bahkan baru beberapa hari lalu dia hadir di British Academy Film Awards. Bersama pemeran utama wanita film tersebut, Felicity Jones, yang berperan sebagai Jane, dia membacakan nominasi di atas panggung. Dia pun masih berkelakar tentang dirinya sendiri.
Yang tidak kita tahu adalah bagaimana film ini sebenarnya bercerita tentang seorang Jane Hawking bertahan untuk hidup dengan seorang Stephen Hawking.

Jane, selayaknya Stephen, adalah seorang akademis dan peneliti. Namun dia memilih untuk memendam ego besarnya dengan mencintai dan merawat Stephen dengan ketahanan fisik yang terus menurun, sambil merawat ketiga anak mereka. Seorang Jane harus rela berada di samping Stephen selalu untuk memastikan Stephen terus bekerja dan menuangkan pikirannya dalam buku dan tulisan. Seolah selalu ada bayang-bayang Jane dalam setiap langkah Stephen.
Atau mungkin sebaliknya. Kita tidak pernah tahu siapa yang menjadi bayangan siapa dalam setiap hubunga yang kita lihat. Namun kita tahu bawah ini tidak akan pernah mudah.
Tiga belas tahun yang lalu, film A Beautiful Mind memberikan kita sosok Jennifer Connelly sebagai Alicia Nash, istri dari ilmuwan John Nash yang mempunyai gejala schizophrenia akut. Momen yang membuat mencelos hati adalah saat Alica berjalan di taman, dan temannya, Josh, bertanya:
“How are you? / He is good, he is … / No, I mean, how are you, Alicia? How are you handling this?”
Alicia hanya menghela nafas sambil menahan air mata yang jatuh.
Di momen itu, meskipun hanya di layar, kita bisa merasakan betapa jarangnya kita memperhatikan seseorang yang membuat orang lain menjadi lebih dikenal.
Saya kenal dan tahu beberapa orang dalam posisi ini. Saya berbicara dengan mereka, terkadang hanya ingin mendengarkan cerita mereka. Empati yang muncul datang saat cerita dituturkan dengan raut muka yang tak mampu menyembunyikan kelelahan.
Ada sedikit beban yang terangkat saat kita didengar dan diperhatikan. Terlebih bagi mereka yang hidup di bawah bayangan.
Kadang saya berpikir, apakah mungkin dalam setiap ajakan “will you marry me?”, ada bagian lain yang tersirat, yaitu “will you be ready to be known simply as my husband/wife/partner then?”
Jawabannya bisa “ya”, bisa “tidak”.
Kerry Washington sebagai Della bertahan demi Jamie Foxx sebagai Ray Charles dalam Ray, namun Ginnifer Goodwin sebagai Vivian Liberto memilih untuk menyudahi pernikahannya dengan Joaquin Phoenix sebagai Johnny Cash dalam Walk the Line.
Ego sebagai sesame pelukis membuat Alfred Molina sebagai Diego Rivera terkadang harus menelan pil pahit melihat banyak orang memuji Salma Hayek sebagai Frida Kahlo dalam Frida. Meskipun keduanya sama-sama memilih untuk mempunyai banyak simpanan, namun cinta dan rasa hormat akhirnya menyatukan mereka kembali.
Lalu apalah artinya Sissy Spacek sebagai Loretta Lynn kalau Tommy Lee Jones sebagai suaminya yang setia, Doolittle Lynn, tidak mendampinginya terus dalam berbagai mood swings dan jatuh bangun karirnya? Rasanya tidak berlebihan di film Coal Miner’s Daughter kita menggumamkan lagu “Stand By Your Man”, yang memang pernah dinyanyikan Loretta, sambil mempercayai khayalan kita kalau saat menyanyikan lagu tersebut, Loretta memandang suaminya dari balik bilik rekaman.
Tentu saja, seorang Ainun adalah yang membuat Habibie bertahan di hari-hari genting. Demikian pula para pendamping hidup lain, yang memilih untuk mendampingi tanpa harus mencuri posisi.
Ketika cinta membuat orang memilih, maka resiko pun kadang kita pilih untuk tidak dirasakan. Apalagi ditelaah. Demi kemajuan penelitian, Laura Linney sebagai Clara, istri dari Liam Neeson sebagai Dr. Kinsey dalam film Kinsey pun memilih untuk menutup mata atas apapun yang terjadi dalam proses penelitian tersebut. Kita sebagai penonton malah larut dalam gundahnya hati seorang istri, daripada suami.

A shadow makes a good image stronger. And a strong figure always needs sidekicks.
Pendamping hidup membuat suatu sosok terlihat manusiawi. Namun yang manusiawi juga adalah kejujuran. Apalagi jujur terhadap perasaan.
Kenapa? Karena perasaan tidak pernah bisa berbohong, kapan harus meneruskan, dan kapan harus menyudahi.
Menjelang akhir film The Theory of Everything, saat Stephen berkata bahwa dia akan mengajak Elaine, perawatnya, ke Amerika, dan bukan Jane, saat itulah Jane sadar bahwa tugasnya sebagai istri Stephen Hawking telah usai.
Jane hanya berkata:
“I have loved you. I did my best.”
5 tanggapan untuk “Bayangan”
Kemudian Jane nyanyi I’m ot the only one 😦
SukaSuka
Kenapa Elaine yg diajak? 😦
SukaSuka
Karena Stephen mulai punya perasaan terhadap Elaine. Dan memang Elaine nantinya yang akan jadi istri kedua Stephen Hawking.
SukaDisukai oleh 1 orang
“We have so many years.” #brebesmili
SukaSuka
TIDAAAAAAAK!
SukaSuka