April, 1968
“Wah ini gak bisa saya difoto kayak gini.” Ali menjawab. “Kenapa?” George Lois mulai cemas. “Ini St. Sebastian kan? Ini bertentangan dengan Islam, saya harus menanyakan dulu hal ini ke Elijah”. Elijah Muhammad adalah penasehat spiritual Ali dan juga yang memberi nama Muhammad Ali dari sebelumnya yang bernama Cassius Clay. “Baiklah..” George menyodorkan telpon agar Ali segera memberi keputusan. Tidak berapa lama Ali pun tersenyum sambil mendekat ke George Lois, sang desainer dari Majalah Esquire. “Elijah said yes, let’s do this, George!” Mata George Lois pun berbinar-binar.
Itu adalah percakapan ketika George Lois meminta Muhammad Ali untuk menjadi cover majalah Esquire yang iconic itu. Walau auratnya terlihat. Ali berpose sebagai St. Sebastian, seorang martir dari Katolik yang mempertahankan prinsipnya. Ali menolak untuk wajib militer dan ikut perang ke Vietnam, berurusan dengan pengadilan yang menguras energi, waktu dan koceknya dan tetap memilih untuk dipenjara walau harus kehilangan gelarnya. Foto itu juga menyimbolkan Ali sebagai negro yang juga mualaf. Ras, agama, dan Perang Vietnam dalam satu foto. How kewl was that? Walaupun dia beragama Islam, Ali tetap bertinju sampai tahun 1981.
Juli 1994
Roberto Baggio, adalah pemaen paling bersinar dan yang paling disorot di Piala Dunia tahun 1994. Puncaknya adalah ketika Italia bertemu Brasil di final. Pertandingan harus dilanjutkan adu penalti karena skor tetap kaca mata hingga 90 menit berakhir. Di masa yang menentukan itu Roberto Baggio gagal melesakkan bola ke gawang Claudio Taffarel di laga adu penalti yang membuat Brasil Juara Dunia. Laga yang begitu emosional buat seorang Roberto Baggio sehingga setelah Piala Dunia 1994 memutuskan untuk serius mendalami agama Buddha. Tapi dia tetap bermain sepak bola. hingga tahun 2004. The divine ponytail.
Abad 21 – Sekarang
Terjadi fenomena yang menarik tapi sekaligus juga menyedihkan di Indonesia. Beberapa hari lalu kita mendengar dua personil dari Pure Saturday, yang memutuskan untuk keluar dari band-nya dengan alasan untuk mendalami agama. Strange but true. Apa hubungannya agama dengan bermain musik. Dua hal itu bisa berjalan beriringan tanpa mengganggu satu sama lain. Kalo tidak percaya tanya saja Rhoma Irama. Tapi rupanya ini bukan yang pertama kali. Sudah banyak yang melakukan hal yang serupa. Di sini ada sebagian daftarnya. Atau mungkin para pembaca sebagian sudah tau atau lebih tau siapa saja mereka. Mereka yang “hijrah” itu beranggapan bahwa bermain musik itu haram di agama Islam. Saya ingin tertawa tapi malu. Ada cabe nyelip di sela gigi.
Jujur saja saya tidak mempermasalahkan mereka yang keluar dari band untuk memperdalam agama. Itu hak mereka. Keputusan mereka. Saya sangat menghargai keputusan tersebut. Tapi ketika alasannya karena bermain musik itu haram? Well, I smell something fishy. Ini pasti ada suatu gerakan yang sistematis, terstruktur, dan masif yang sedang terjadi. Saya juga yakin saya tidak sendirian di sini. Pasti selalu ada perdebatan dalam hukum Islam apakah musik itu haram atau tidak. Kalian kasih dalil bahwa (bermain) musik itu haram maka saya juga bisa kasih kebalikannya. Terus begitu dan berakhir di debat kusir. So let’s use our common sense, shall we?
Ayolah, suara adzan yang dikumandangkan seorang bapak ke telinga anaknya yang baru lahir itu musik. Qori dan qori’ah yang sedang membaca Al-Quran itu musik. Shalawat Nabi itu musik. Yusuf Islam itu bermain musik. Maher Zein itu bermain musik. Haddad Alwi bermain musik. Nusrat Fateh Ali Khan itu bermain musik. A.R. Rahman bermain musik. Band metal muslim pun banyak. Komposisi John Cage yang bertajuk 4’33” itu musik. Suara semilir angin itu musik. Suara hujan itu musik. Suara deru ombak itu musik. Suara palu yang diketok oleh tukang yang sedang memperbaiki rumah kita itu musik. Ayolah kalian lebih tau masalah beginian. Wake up. Take a look at a bigger picture. Open your eyes.
You’re just a pawn in their game.
Pengen deh ngajak mereka nonton film Traitor. Gak kafir kan nonton film Hollywood?
Fenomena ini banyak terjadi di Bandung dan Jakarta. Ada juga satu personil dari band kebanggaan Jogja juga. “Hijrah”-nya para mantan personil band ini terjadi dalam waktu yang berdekatan. Sepanjang sepengetahuan saya begitu. Ada satu komunitas yang menamakan dirinya The Strangers Al Ghuroba. Sekilas liat logonya sih agak perpaduan The Strokes, Van Halen dan Judas Priest. Bener gak sih? Saya belum tahu mereka pengajiannya di mana. Ingin sekali-kali saya ikut kalau ada waktu. Tapi yang jelas saya tidak akan kaget kalo ada lagi personil band yang “hijrah” setelah tulisan ini selesai. They’re just warming up.
Saya sempat melihat beberapa video mereka di Youtube. Salah satunya ada di sini, dengan penceramah seorang anggota DPR dari fraksi PKS. Well.. That’s it. I rest my case.
Circa Abad 7 Masehi
Hadits riwayat Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dari Aisyah. Katanya,”Aku pernah mengawinkan seorang wanita dengan seorang laki-laki dari kalangan Anshar. Maka Nabi bersabda,
“Hai Aisyah, tidak adakah padamu hiburan (nyanyian) karena sesungguhnya orang-orang Anshar senang dengan hiburan (nyanyian).”


Tinggalkan komentar