Satu Tambah Satu Belum Tentu Dua

Selain hati, ternyata ada barang lain yang paling ditakutkan kalau dicuri orang.
Apakah itu?

iPod.

Courtesy of techspot.com
Courtesy of techspot.com

Kenapa?

Dulu, pernah iPod saya gak sengaja kebawa sama (mantan) pacar. Begitu tahu kebawa, saya langsung panik. Blingsatan. Buru-buru minta iPod dibalikin. Bukannya takut iPod hilang atau dijual lagi.
Yang saya takutkan adalah, dia akan tahu semua playlists di iPod itu.

Iya. iPod saya isinya penuh dengan playlists.

Mulai dari playlists buat teman berlari, playlists sambil bersepeda, playlists lagi traveling.
Tapi selain itu, ada playlists lain, yaitu playlists saat jatuh cinta.
Dan udah umur segini, jatuh cinta ya masak cuma sekali?
Alhasil, di sana ada sejumlah playlists pas naksir, playlists pas jadian, dan tentunya, playlists pas patah hati.

Tanpa terkecuali, playlists itu semua dibuat dengan sangat hati-hati. Apalagi buat saya dan mungkin Anda sebagai generasi mixtape.
Silakan tersenyum mengingat-ingat beli kaset kosong, yang lalu diiisi rekaman lagu-lagu hasil request di radio. Tentu saja cover kaset dibuat dengan tulisan tangan, atau paling nggak, pakai rugos.

Demikian pula dengan CD lagu-lagu hasil download untuk bakal calon gebetan (ribet ya?). Atau mungkin sekarang, kasih aja flash disk. Saking banyaknya kapasitas space, selain lagu bisa diisi juga dengan rekaman video testimoni. Kalo nanti proposal cinta ditolak, yang terima tinggal hapus semua lagu. Masih dapet flash disk gratis pula!

__________

Padahal yang membuat kompilasi itu mungkin saja gak tidur semalam suntuk, atau lebih. Demikian pula para pembuat kompilasi macam “NOW!” series, atau “Sad Songs” atau “Forever Love 2014”. Dua judul terakhir malah masih bercokol di deretan album terlaris iTunes. Meski sudah terlalu sering kita melihat album-album kompilasi ini, toh mereka masih laris manis.

Saya pernah bertemu dengan seseorang yang profesinya memang membuat album-album kompilasi seperti ini. Katanya, “Enak ngerjainnya. Dengerin musik, dibayar pula.”

Trus gimana milih lagunya? Jawabannya simpel, “Pake hati.”

Nah lho. Emang cuma nge-blog doang yang pake hati?

Menyusun rangkaian lagu yang belum tentu nyambung dari satu sisi adalah seni tersendiri. Perlu keahlian khusus.
Irama boleh beda, asal lirik masih seputar “beginilah rasanya ditinggal kekasih”, bolehlah dipertimbangkan dulu, sambil cari lagu lain.

Itu kalau sekedar album kompilasi.
Membuat soundtrack film? Apalagi.
Selain dituntut mencari lagu sesuai adegan yang perlu diisi, belum tentu juga pembuat lagu mau mengijinkan lagunya digunakan di film itu. Namun karena kita berkhayal dalam tulisan ini, maka kita pun bebas dari memikirkan kompleksitas legal issue ini.
Terlebih urusannya pake hati. Hasil yang tercipta dari hati, biasanya akan meniupkan jiwa di karya yang bisa dinikmati.

Satu tambah satu, lagu demi lagu, harus menjadi satu kesatuan gambar gerak dan suara.

Waiting to Exhale.
The Boat that Rocked.
Forrest Gump.
Good Night, and Good Luck..
Grace of My Heart.

Itulah beberapa album soundtrack dengan pilihan lagu yang terasa menyatu dengan film. Sekaligus, mungkin saja album-album itu akan dibawa saat terdampar di pulau asing.

Eh, tapi itu jawaban pertanyaan jaman dulu, ding.

Kalau sekarang?

Tinggal bawa iPod dan kabel charger.
Toh isinya semua adalah the soundtrack of our life.

Lagi pula, apalah artinya hidup tanpa penanda lagu?

PS: si iPod sudah kembali dan masih berfungsi.

3 tanggapan untuk “Satu Tambah Satu Belum Tentu Dua”

  1. Kok belum ada yg komentar begini ya: “kalo mantan, berarti sebelumnya pacar kan? Waktu jadi pacar, kok masih main rahasia-rahasiaan? Playlist iPod juga dirahasiakan? Kan selama pacaran, harus saling terbuka…”

    Anyway, shuffle-an hari ini kok kampret ya?

    Suka

  2. “shoop, shoop, shoop, shoo be doop shoop shoop…” ❤

    Suka

Tinggalkan Balasan ke nauvalyazid Batalkan balasan

About Me

I’m Jane, the creator and author behind this blog. I’m a minimalist and simple living enthusiast who has dedicated her life to living with less and finding joy in the simple things.