INI sudah hari Kamis, dan sudah beberapa pekan–bahkan bulan–sejak terakhir kali menulis di sini, sehingga tidak berlebihan rasanya jika saya ingin mengawali dengan menyapa: “Hai, apa kabar? Semoga semua baik-baik saja.” Karena dalam beberapa waktu terakhir, ada begitu banyak hal yang terjadi. Pada hidup dan diri kita sendiri; pada orang-orang dan lingkungan di mana kita berada; pada orang-orang yang kita kenal, sanjung, atau kagumi; bahkan yang terjadi di seluruh dunia dengan kita hanya sebagai pengamatnya.
Terlepas dari apa pun yang terjadi, dan kepada siapa sesuatu itu terjadi, kita semua selalu mengejar relevansi. Bukan perkara tren-tren populer, kegemaran-kegemaran baru maupun kegemaran-kegemaran lama yang diperbarui kembali, atau tampilan-tampilan eksterior, melainkan berusaha menjadi sesuai dengan keadaan saat ini.
Perubahan terus, dan selalu akan terjadi. Usia bertambah, profil emosional pun beralih dari muda menjadi (mulai) tua. Pengalaman hidup, pergolakan batin yang muncul dan tenggelam, perbendaharaan isi hati lebih penuh, lebih beragam. Yang sebelumnya berpembawaan riang gembira, kini bisa saja jadi pendiam dan makin berhati-hati. Lantaran sebelumnya pernah dibohongi.
Mungkin juga ada yang sebelumnya begitu sinis terhadap kehidupan, membenci manusia-manusia lainnya karena alasan-alasan yang abstrak, sekarang justru sudah bisa berdamai dengan sekitar, memiliki rasa berterima kasih, gara-gara sebelumnya nyaris tenggelam dalam tragedi. Sesuatu yang kelam, tetapi justru bisa membuka pandangan.
Yang sebelumnya hidup dalam kenyamanan dan keleluasaan, kini justru digoyahkan utang dan cicilan-cicilan. Entah karena sumber penghasilan yang berubah, atau malah karena didera oleh berbagai layanan keuangan yang sedang menjamur bagi orang-orang konsumtif. Belum hilang dari ingatan kita, betapa berantakannya hidup dalam dua tahun yang lewat. Dengan ketidakpercayaan dan penyangkalan, dengan ketakutan dan kekhawatiran, dengan keterpaksaan yang membuat banyak orang menjadi oportunis dan mendadak tidak tahu diri.
Seperti yang selalu saya yakini selama ini, kita semua memiliki cerita pengejaran relevansinya masing-masing. Selalu ada yang ingin kita sampaikan, baik dicurhatkan, diceritakan demi sekadar didengarkan, dan semuanya sama-sama menggelisahkan. Membuat malam-malam kita dilalui dengan tubuh dan perasaan yang lelah, tetapi pikiran tetap terjaga dan waspada. Otak terus berputar; berandai-andai; mengeluh dan menyesali; serta sesekali berkhayal.
Lagi-lagi soal relevansi, bisa saja pemikiran dan kegusaran yang ditumpahkan dalam tulisan ini hanya relevan bagi segelintir orang saja. Sementara bagi jutaan generasi muda baru, mereka tetap bisa asyik-asyik saja dengan problematika yang relevan dalam kehidupan mereka saat ini. Namun, kita semua sama-sama gelisah dalam pengejaran masing-masing.
Jadi, apa pun situasi dan pengejaran yang sedang kamu geluti, semoga semuanya baik-baik saja.
[]

Tinggalkan komentar