Belajar dari Pengalaman

PENYESALAN, perasaan tidak menyenangkan yang selalu datang belakangan. Muncul setelah sesuatu yang terjadi di luar harapan, atau tak sesuai keinginan, bahkan hingga yang berdampak buruk dan mengakibatkan kemalangan.

Semua orang menghindari penyesalan, atau kondisi-kondisi yang bisa membuat mereka merasakan penyesalan. Namun justru karena itu, dari sudut pandang berbeda, rasa sesal sebenarnya adalah salah satu anugerah penting dalam kehidupan manusia. Menjadi sebuah pengalaman berharga, dengan “pelajaran” di dalamnya. Bikin sadar. Bikin nyadar.

Sederhana saja. Bukan sekadar perasaan, rasa sesal bisa mendorong seseorang untuk berpikir, tahu, dan menyadari hal-hal yang membuatnya menyesal. Kemudian belajar dari pemahaman tersebut agar bisa lebih berhati-hati, dan jangan sampai pengalaman itu terulang kembali.

Munculnya penyesalan adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan kita masing-masing. Setiap orang pasti pernah dan akan merasakan penyesalan dalam bentuk apa pun. Sebab tak ada seorang pun yang benar-benar sempurna, yang tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Yang berbeda hanyalah kesalahan yang telah dilakukan, dan konsekuensinya. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa waktu tak bisa diulang. Apa yang telah terjadi, telah terjadi. Sehingga setiap kali penyesalan muncul, sangat penting untuk lekas-lekas bangun dari keterpurukan emosional yang dirasakan.

Jangan sampai terjebak. Penyesalan selalu memiliki dua sisi: kenangan, dan pengalaman. Kenangan berkutat pada perasaan menyenangkan/tidak menyenangkan yang mengiringi ingatan. Sedangkan pengalaman menghimpun “pelajaran” dari ingatan, menghasilkan semacam daftar dos and don’ts. Dari keduanya, kita cenderung memilih berkubang dalam ingatan. Seringkali terjadi tanpa disadari, memunculkan ketidaknyamanan dan respons lainnya. Kenangan tentang penyesalan kerap menimbulkan kemarahan dan kebencian, rasa malu dan rendah diri berlebihan, keputusasaan, serta lain sebagainya. Destruktif.

Rasa sesal memang mampu mengubah hidup kita, tetapi walau bagaimana pun juga tetap ada kehidupan yang harus terus kita jalani. Jelas bukan sesuatu yang mudah, tapi belum tentu mustahil dilakukan.

Begitu pula dengan ekspektasi atau pengharapan yang ditempatkan sedemikian tinggi. Ada kalanya kita mendapatkan yang diinginkan, ada pula masanya kita terpaksa gigit jari dan menelan kekecewaan. Dalam hal ini, seberapa sanggupkah kita berurusan dengan perasaan-perasaan yang muncul?

Kita akan senang ketika mendapatkan yang diharapkan.
Kita akan jauh lebih senang ketika mendapatkan lebih dari yang diharapkan. Sebuah kejutan, atau malah keberuntungan.
Kita akan kecewa ketika tidak mendapatkan yang diharapkan. Masih bisa dimaklumi.
Kita akan sangat kecewa ketika sudah telanjur berharap banyak, dan ternyata gagal total. Bikin sulit menerima kenyataan.

Sama seperti penyesalan, ekspektasi juga memiliki dua sisi: kenangan, dan pengalaman. Kenangan bikin kita susah move on. Sekali kita mencicipi nikmatnya keberhasilan, kita cenderung melekat, selalu mengungkit-ungkitnya, berusaha mengulanginya, dan bahkan ingin terus meningkatkannya sampai ke batas tertinggi. Sampai pada titik ekstrem tertentu membuat kita berhalusinasi, dan sedikit saja kegagalan bisa menyebabkan penderitaan yang begitu besar.

Dalam hubungannya dengan ekspektasi, pengalaman hidup bisa membuat kita lebih bijak mengukur diri, dan berusaha selalu siap dengan apa pun yang bisa terjadi. Kita pun terkondisi supaya tidak terkurung nostalgia dalam waktu yang lama. Segera kembali ke saat ini, dan siap menjalani kenyataan.

Apa penyesalan terbesarmu, dan apa yang sedang kamu harapkan saat ini?
Siapkah kamu menjadikannya sebagai pengalaman hidup, dan belajar sesuatu darinya?


All my friends are wasted
And I hate this club
Man, I drink too much

Another Friday night I wasted
My eyes are black and red
I’m crawling back to your bed

Well… at least there’s someone on your bed… or sort of…

[]

6 tanggapan untuk “Belajar dari Pengalaman”

  1. […] juga penyesalan, selalu datang belakangan. Lagian, siapa suruh dijadikan mantan Enggak balikan tapi kangen. Mau […]

    Suka

  2. Agak terlambat gue menyadari bahwa ada semua hal ada masanya, Termasuk menjadi alay. Dan gue agak menyesal untuk tidak jadi alay pada waktunya gw harus jadi alay wkwk. Anyway, shit happened tapi yang lalu biarlah berlalu, enjoy the moment cause you’ll never be as young as today anymore. ;p

    Suka

    1. *semua hal ada masanya

      Suka

    2. …you’ll never be as young as today anymore.

      This is deep!

      Terima kasih sudah membaca. 🙂

      Suka

  3. ” don’t stress the could haves.
    if it should have, it would have.”

    my favorite quote.

    Suka

    1. Love it!

      Terima kasih. 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar

About Me

I’m Jane, the creator and author behind this blog. I’m a minimalist and simple living enthusiast who has dedicated her life to living with less and finding joy in the simple things.