Menurut UNESCO, minat baca bangsa Indonesia itu ternyata rendah sekali. Dari 1000 orang hanya satu orang yang melahap buku selama satu tahun. Urutan 61 dari 62 negara yang diteliti. Hanya satu tingkat di atas Botswana [insert WTF gif here]. Saya bahkan tidak tahu Botswana itu ada di Afrika sebelah mana dan tolong jangan tanya siapa Menkumham Botswana sekarang. Selain itu juga Indonesia ternyata berada urutan bontot dibanding negara ASEAN lainnya. Lucunya lagi minat baca rendah ini ternyata berlangsung ketika era informasi dijital sedang melaju kencang. Akses menuju buku gampang. Fisik atau e-book mudah didapat. Beli atau gretongan. Siapa yang salah? Umat Islam? Pemerintah yang mayoritas muslim? Siapa?
Emang pentingnya apa sih membaca itu? Yabiar pinterlah. Kan buku itu jendela dunia. Lebih banyak buku ya lebih pinter. Lebih sering ke Starbucks ya lebih tinggi kemungkinan kena diabetes. Begitchu. Dan ternyata penduduk yang paling sering baca buku itu adalah Finlandia. Negara penghasil Vikings dan Bangsa Barbar, yang banyak penduduknya penyuka musik metal ini juga ternyata mempunyai sistem pendidikan terbaik di dunia. Apakah membaca buku dan sistem pendidikan berhubungan? Sangat mungkin. Tapi yang saya tahu ayat Al-Qur’an yang pertama turun itu adalah Iqro. Kita semua tahu itu. Diturunkan ketika Nabi Muhammad masih buta huruf. Allah menginginkan Nabi Muhammad dan umatnya banyak membaca. Biar apa? Biar tidak jadi pion dan dibodohi. Biar tidak termakan isu murahan. Biar bisa memilah mana pesanan dan mana yang bukan.
Lha ya mereka kan negara kaya. Jangan dibandingin dong ah. Lho Indonesia masuk G20 kan? Uang gak ada? Serius? Pertumbuhan ekonomi kita positif ketika Singapura, Malaysia dan Korea Selatan minus. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan itu dapat kocoran dana yang besar lho. 20% dari APBN. Ya tapi kan itu udah ada porsi masing-masing. Ya kalo gitu bisa gak Pelajaran Agama atau Sejarah memasukkan era seperti di atas. Bukan sekedar dosa pahala? Atau surga dan neraka? Sungguh basi. Untuk memicu kalo ilmuwan keren itu bukan Elon Musk atau Carl Sagan saja. Terus kalo Kemenag gimana? Mereka kan punya Dana Abadi Umat. Segambreng itu duitnya. Ini demi umat Islam lho. Saya tersinggung melihat Indonesia yang mayoritas muslim tapi bangsanya tidak mempunyai minat baca. Saya tersinggung sekali. Ini penghinaan untuk umat Islam. Ini penghinaan untuk Mukadimah UUD 45. Ini penghinaan buat Pancasila. Saya tersinggung umat Islam banyak yang korupsi dan merugikan keuangan negara. Penistaan agama. Uang koruptor bisa disita dan dipakai untuk beasiswa siswa yang cemerlang tapi tidak mempunyai uang yang cukup untuk pergi belajar ke negara yang mereka mau.
Jujur saja saya menginginkan Islam melahirkan tokoh-tokoh yang legendaris seperti dulu. Ilmuwan-ilmuwan kelas kakap seperti Al-Khawarizmi (780-850) sebagai penemu Aljabar dan Algoritma di bidang matematika, Ibnu Sinna (986-1037) di bidang kedokteran atau teman baiknya Al-Biruni (973-1048). Atau mungkin Rumi (1207-1267) bidang sastra yang menginspirasi Ahmad Dhani bikin lirik lagu. Sampai anaknya yang ketiga pun namanya sama. Eh. Koq melebar Susi. Atau Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (864-930) sebagai penemu alergi dan imunologi. Saya juga ingin Islam menelurkan Ibnu Khaitam (965-1039) yang menginspirasi Boger, Coper, Kepler yang menciptakan teleskop dan mikroskop. Saya menginginkan El-Zahrawi (936-1013) yang melahirkan buku Al-Tasrif yang merupakan 30 jilid praktik kedokteran. And list goes on and on.
Ah itu kan udah lama banget. Jamannya udah beda. Iya memang itu sudah lama. Belum ada ilmuwan yang dijadikan nama empat Kura-Kura Ninja. Donatello, Leonardo, Michelangelo, dan Raphael. Setelah Romawi runtuh di abad kelima Eropa mengalami masa suram. Suram sekali sehingga disebut dengan Zaman Kegelapan. Ilmuwan-ilmuwan Islam lah yang ikut berkontribusi mencerahkan Eropa. Dengan adanya Zaman Renaissance yang dimulai di Italia di abad 15, maka Eropa menghasilkan ilmuwan-ilmuwan hebat yang namanya ada di buku-buku pelajaran. And the rest is history.
Mungkinkah ini terjadi lagi? Sangat mungkin. Sejarah itu berputar dengan sendirinya. Tapi kan liat aja Suriah diobok-obok sekarang. Jangan berharap pada Timur Tengah. Apalagi Arab Saudi. Mereka akan terus bergolak. Entah sampai kapan. Harapan itu sebetulnya ada di Indonesia. Kita mempunyai sumber daya manusia yang luar biasa melimpah. Potensi itu ada. Lihatlah China. Berapa lama mereka menjadi negara yang digdaya seperti sekarang ini sehingga Donald Trump keder? Kalo dihitung dari peristiwa Tiananmen di 1989–kurang dari 30 tahun. Itu waktu yang cepat. Ya mungkin mirip dengan Restorasi Meiji di Jepang. Jika China yang tidak percaya Tuhan bisa maka Indonesia pasti bisa. Saya yakin ini. Selama Islam di Indonesia penuh cinta kasih, tidak mudah marah, tidak penuh kebencian, tidak mudah terpancing, rasional, mendahulukan akal sehat–maka segalanya menjadi mungkin. Bukan yang dikit-dikit kafir. Dikit-dikit mentung. Rasul juga pernah bersabda tuntutlah ilmu walau sampai negeri China.Ini hadis. Saya lupa hadis siapa, sahih atau tidak. Tapi saya melihatnya masih relevan dengan kondisi hari ini. Look at them now. Everything is made in China.
nb: teman saya ada melampirkan tulisan bagus di kolom komen. barangkali tertarik baca.
Tinggalkan komentar