Wadjda

Saya selalu percaya kalau tempat-tempat yang penuh konflik itu sumber film yang ceritanya menarik. Gak hanya film, sih, buku juga bisa. Lihat saja Iran dan Arab Saudi. Siapa yang menyangka dua negara itu bisa menghasilkan film-film kelas atas (menurut saya, tentu) padahal masyarakatnya hidup dibatasi budaya dan agama.

Karena paham Wahabi yang begitu totok, di Saudi tidak ada satupun bioskop. Bayangkan bagaimana mahal dan susahnya jomblo-jomblo Saudi kalau mau ngajak nonton gebetan. “Neng, nonton pelem yuk?” “Boleh, bang, mau ke Qatar apa ke Kuwait?”

Tahun 2013 lalu saya menonton satu film Saudi yang sampai sekarang berbekas di kepala. Wadjda. Film ini jadi sangat spesial karena ia adalah film pertama yang seluruh pengambilan gambarnya dilakukan di Arab Saudi. Dan gak hanya itu aja, sang sutradara, Haifa Al Mansour, adalah perempuan. Jangankan di Saudi, sutradara perempuan negara barat saja mungkin masih bisa dihitung dengan jari. Saya bisa membayangkan betapa susahnya Haifa ini membesut film Wadjda. Dia harus ekstra hati-hati, kucing-kucingan menyutradarai Wadjda dari dalam mobil van supaya tidak diganggu orang-orang konservatif.

Harusnya, sih, dua alasan itu sudah cukup bikin orang melirik dan akhirnya mau nonton Wadjda, tapi cerita Wadjda juga tak kalah cantik. Sekilas mengingatkan saya dengan sosok Marji dari Persepolis. Jadi rebel dengan caranya sendiri.

Bayangkan sosok gadis SD yang tomboy. Lebih senang bermain dengan kawan laki-laki dibanding teman-teman perempuan; sangat menginginkan sebuah sepeda berwarna hijau ketimbang boneka. Si sepeda hijau inilah poros cerita dan mungkin juga jadi metaphor “kebebasan”. Di Saudi, anak perempuan tidak akan diperbolehkan naik sepeda. Khawatir kalau jatuh selaput dara jadi rusak, katanya. Kalau Marji harus melawan clerics-nya Khomeini di Iran, maka Wadjda harus hidup di dalam lingkungan Islam Orthodox dan keluarga dysfunctional. Berbagai cara ia lakukan untuk mendapatkan sepeda idaman. Mulai dari jualan gelang sampai ikut lomba tajdwid Al Quran di sekolah. Dan tentu, semua ia lakukan dengan diam-diam.

Gimana, penasaran gak?

Satu respons untuk “Wadjda

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s