Lovely Man Is Lovely

Cahaya nekat pergi ke Jakarta naik kereta. Ia ingin mencari ayahnya dengan hanya berbekal alamat di secarik kertas lecek. Betapa kagetnya Cahaya ketika menemukan Saiful, ayah yang sudah 15 tahun tak jumpa, telah berubah menjadi “Ipuy”, seorang waria.

Premisnya yang menarik dan ide cerita yang tidak biasa untuk feature film Indonesia berhasil bikin saya mikir “ke mane aje lo?” sepanjang film. Iya, saya menyesal sudah terlambat beberapa tahun menonton film cantik yang dibesut Teddy Soeriaatmadja ini. Lovely Man begitu cantik. Secantik akting Donny Damara yang memerankan Ipuy. Caranya duduk menumpangkan kaki, gaya bicaranya, kerlingannya seperti sudah dipikirkan matang-matang. Padahal katanya film ini sangat low budget.

lm1

Dandanan Ipuy yang menor, baju ketat merah mengkilat, gayanya yang centil menggoda para lelaki di daerah Taman Lawang, jelas membuat Cahaya (Raihaanun) yang lulusan pesantren itu kaget. Film ini menampilkan banyak sekali pertentangan. Penampilan Cahaya yang berjilbab begitu kontras dengan dandanan Ipuy yang over the top. Cahaya begitu santun, sementara Ipuy sangat emosional dan meledak-ledak. Oh, dan ada juga Syaiful yang ternyata masih “hidup” di balik gincu merah Ipuy, diam-diam khawatir akan kabar sang anak. Semua pertentangan tadi mendadak pudar ketika Cahaya tau Ipuy lah yang membiayai pendidikannya selama ini.

lm2

Saya jadi ingat, kawan saya Chika Noya, yang sering membantu teman-teman transgender, pernah cerita tentang bagaimana getirnya kehidupan kupu-kupu Taman Lawang ini. Mereka diperlakukan seperti binatang, dirazia (dan tak jarang diperkosa), bahkan mereka harus mengumpulkan sumbangan agar salah satu kawan waria yang ditemukan terbunuh bisa dikuburkan secara layak. Sedih memang.

Lovely Man menampilkan sisi ke-manusia-an dari seorang waria dengan sangat apik. Film ini bukan tentang hitam atau putih. Tidak menghakimi kehidupan mereka, tidak juga ngoyo ingin jadi film yang bijaksana nan moralizing wasaising. Pesan-pesannya tersaji seperti makanan yang diletakkan di atas meja rumah makan Padang. Terserah kita mau menyantap yang mana, ambil suka-suka tanpa ada paksaan. Terserah kita mau menyimpulkan seperti apa.

lm3

Menonton Lovely Man rasanya sama seperti menguping pembicaraan khas ayah dan anak yang sudah lama tidak ketemu. Ada rindu, kesal, bingung, juga cinta yang tetap sama walau sudah bertahun-tahun ditinggalkan; semua jadi satu. Malam semakin larut dan mereka pun hanyut dalam obrolan yang semakin dalam. Ternyata ada hal lain yang ingin disampaikan Cahaya selain kerinduan. Saya dibuat penasaran. Rasanya ingin terus menguping dan membuntuti Cahaya dan Ipuy, berharap malam jangan lekas-lekas berakhir.

”Kamu masih ingat, kan, dulu kamu suka sekali main hujan-hujanan? Kira-kira hidup seperti itu, Cahaya. Kamu tidak perlu takut dan bersembunyi untuk berteduh…”

15 respons untuk ‘Lovely Man Is Lovely

  1. Dulu Donny Damara juga pernah main ftv dengan tema yang sama, waria. Lawan mainnya Helmalia Putri dan Enno Lerian, judulnya “Panggil Aku Puspa”. Ini Ftv pada zaman acara tv masih mendidik dan nggak cinta-cintaan khayal.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s