Aku sigap menutup mulutku dengan kedua tangan sebelum jeritan bahagia sempat keluar. Jantungku berdegup keras sekali. 12 Desember 2014. Aku tidak akan pernah lupa hari ini. Natal memang masih dua minggu lagi, tapi buatku, inilah kado paling indah.
Sarah, anakku, berdiri memegangi pinggiran tempat tidurnya. Mencoba berjalan, sambil terhuyung-huyung, selangkah-demi selangkah.
Ini yang pertama kali!
Ia tersenyum lebar sekali. Aku diselimuti bangga campur haru. Campur aduk. Akh… Seandainya Adam ada di sini, ia pasti sama histerisnya denganku. Dulu, suamiku itu pernah bilang, dia ingin bisa menyaksikan momen-momen pertama anak kami bersamaku. Sesibuk apapun akan ia sempatkan.
Air mataku jatuh berhamburan. Memang, manusia bisa berencana sebanyak-banyaknya, tapi kalau kematian dan Sang Empunya hidup sudah memutuskan, kita bisa apa? Ulu hatiku masih ngilu mengingat hari-hari terakhir aku melihat Adam. Pasrah memang satu-satunya jalan. Tidak hanya ikhlas merelakan, tapi juga berserah.
Sarah masih terus ngotot mencoba berjalan walau tertatih. Tangannya memegangi ujung meja plastik, badannya agak limbung ke kanan. Jalannya seperti orang mabuk. Hahaha.. Lucu sekali! Aku tau ia ingin berjalan ke arah pintu kamar, mencoba memegang gagangnya yang masih terlalu tinggi untuk ia gapai.
Anak ini keras kepala. Sama seperti papanya. Aku berjalan mendekat. Ia mengangkat tangan kanannya, melepaskan pegangan dari meja. Direntangkannya tangannya, jari-jarinya menutup dan membuka, seperti mencengkeram udara. Matanya semakin membesar, sepertinya ia mengumpulkan keberanian untuk bisa melangkah sendiri tanpa bantuan.
Aku di belakangnya. Siap menangkap kalau-kalau ia jatuh. Ia berjalan selangkah, lalu berhenti sebentar. Ia maju selangkah lagi. Dan sebelum ia menuntaskan langkahnya, Sarah limbung ke depan! ia tersandung kakinya sendiri. Badannya jatuh menghantam lantai. Ia menangis menjerit-jerit. Langsung kudekap dia erat-erat.
“Mamaaaa…. mamaa…”
Adam membuka pintu, berlari mengambil Sarah yang masih tertelungkup di lantai.
“Ma-maa…”
Digendongnya Sarah, diciuminya keningnya, dihapusnya air matanya.
“Iya, sayang… papa juga rindu sekali sama mama. Rindu sekali..”
****

Ending yang asik, tak mudah ditebak, dan sukses membuat haru 😢
SukaSuka
I saw what you did there. Good one!
SukaSuka
Reblogged this on #tintakopi.
SukaSuka
Mewek
SukaSuka