ASMARAGAMA: Viagra ala Nusantara

Ingsun wahaning lanang jaya. Apa ngawak satria danan jaya. Panuksmaning sanghyang asmara animpuna. Saliring asmaragama warata klawan kodrat ingsun.

Sekarang, ludahi telapak tangan dan usapkan ke pelir. Maka ia akan bekerja memuaskan pasangan dengan maksimal. Laku diatas harus didahului dengan puasa selama sembilan hari.

Sumber: google
Sumber: google

Terlalu berat? Tenang. Kita punya yang lebih ringan. Diambil dari kawasan Using di Banyuwangi yang kental sekali budaya lisan mantranya. Kali ini cukup puasa tiga hari. Lalu baca bersama shalawat Nabi dan tiupkan ke pelir sendiri.

Bismillahirhmanirrahim. Bayu mulur bayuku. si sabdogeni, bayuku si sabdojoya. Eh, gedene sak lengenku, ramuh siro tangio.

Ndak ada bukti medis maupun empiris yang bilang kedua mantra diatas berfungsi. Tapi, ndak ada juga yang berani bilang keduanya omong kosong. Terutama untuk orang yang membutuhkan. Loh, banyak yang butuh. Selama Viagra dan Pil Biru masih jadi top 10 produk terjual di Online Pharmacy, selama itu pula kedua mantra ini sejajar dengan Viagra. Minimal mereka punya tujuan yang sama: membuat sex yang bahagia.

Lalu kenapa Asmaragama ndak setenar Viagra? Jawabannya merentang dari sekedar ndak pernah denger sampai alasan medis atau ndak mau puasa. Tapi yang paling sahih adalah agama.

Mantra. Puja. Aji-ajian. Tembang dan banyak suluk mati karena agama. Mereka hidup dari pelakunya. Saat si pelaku tidak lagi percaya. Atau dilarang agama untuk percaya, berangsur-angsur mereka hilang. Kini mereka masuk kotak mistis. Yang percaya jadi musyrik. Apalagi melakukannya. Padahal ia salah satu bentuk usaha. Sama dengan dzikir atau doa bahasa arab yang dipanjatkan banyak muslim Indonesia, meski kadang ndak tau artinya.

Ambil misal. Kisah Ni Centhini bersama Amongraga dan sang istri, Tembangraras yang mencapai klimaks di malam ke-empat puluh pernikahan mereka. Tata cara senggama, filosofi dan bahkan waktu yang tepat untuk memasukkan pelir dalam vagina diterangkan dengan lugas. Serat Centini juga menceritakan Jayengraga yang disergap birahi dini hari. Ini cara halus khas Jawa menyebutkan ciri-ciri pria sehat. Dalam keadaan ereksi maksimal, ia gagal bersenggama dengan istri dan selir-selirnya. Kok ya kebetulan semua sedang datang bulan. Ia mencoba meredam birahi di air dingin. Gagal. Akhirnya ia mencapai orgasme dengan melakukan hubungan seksual bersama dua pengawal pribadinya. Adegan homoseksual ini juga mengalir apa adanya. Alami. Sex sebagai solusi. Tanpa tendensi dosa-pahala. Bahkan, Jayengraga dan dua pengawalnya tadi menyudahi permainan mereka dengan mandi, ambil air wudhu dan shalat subuh.

Adegan sex lebih seru juga ditemukan dalam bab mengenai Cebolang. Ia kabur dan berpetualang. Tidur dengan siapa saja. Laki-perempuan. Aneka gaya dan kenikmatan. Sampai-sampai Centhini dibilang Kamasutra-nya Jawa.

Serat Centhini digubah pada tahun 1814 Masehi oleh Pangeran Adipati Anom, yang kemudian menjadi Sunan Pakubuwono V di Solo. Karya sastra ini banyak diperbincangkan. Sudah diterjemahkan (atau diinterpretasikan) oleh Elizabeth D. Inandiak dalam aneka bahasa. Memberikan wawasan baru untuk yang belum tau soal sex, mistisme dan keislaman Jawa. Lebih lagi, Centhini merangkum banyak hal soal tradisi. Waktu panen dan tanam, melahirkan, teknik dan seni arsitektur, ajaran Manunggaling Kawula Gusti-nya Syekh Siti Djenar, sampai ragam masakan yang sudah ndak pernah kita dengar lagi. Tapi, karena dianggap kotor berdasarkan banyak norma, ia masuk kotak pornografi.

Bukan tanpa perlawanan. Beberapa tembang dan suluk masih mewarnai kehidupan masyarakat Jawa abad 19. Sebutlah Suluk Gatholoco. Karya sastra vulgar yang digubah sebagai serangan balik perkembangan fiqh Islam di tanah Jawa. Gatholoco artinya: mengocok pelir. Kurang vulgar apalagi? Ia bercerita tentang seorang laki-laki bernama Gatholoco yang buruk rupa, bau, mesum, sekaligus filosofis. Masih berkaitan dengan suluk ini, ada serat Darmogandhul. Sastra satu ini melukai Islam jauh lebih dalam lagi. Seperti kutipan berikut:

Punika sadat sarengat. Tegese sarengat niki yen sare wadine njengat. tarekat taren kang estri. hakekat nunggil kapti, kedah rujuk estri kakung. maripat ngertos wikan. sarak sarat laki rabi, ngaben ala kaidenna yayah rina.

Terjemahannya: Ini adalah sahadat syariah. Syariah artinya kalau tidur pelirnya berdiri. Tarekat artinya minta sex pada istri. Hakekat artinya setelah selesai suami-istri harus rukun. Marifat artinya tau aturan. Dan boleh dilakukan siang hari.

Sejak itu, menuju abad 20. Karya sastra Jawa, baik lisan maupun tulisan, pelan-pelan jadi “haram.” Yang tulisan ndak lagi dibaca anak-anak Jawa. Dilupakan. Yang lisan, lebih parah. Ndak ada lagi penggubah tembang, kakawih dan mantra. Khusus untuk mantra, korbannya luar biasa. Terror ninja di Banyuwangi, antara Februari hingga September 1998. Ndak terungkap baik motif dan pemrakarsanya. Tapi akibat dari musibah ini, ndak ada lagi yang berani merapal mantra, meski cuma untuk bikin pelirnya ngaceng.

Sumber: google
Sumber: google

Hanya di Jawa? Ndak juga. Gayo punya rajah berbeda. Palembang, Bugis, Kajang, Sampit, Madura, Mataram, dan Ternate ada aji-ajiannya sendiri. Yang ini dalam bahasa Melayu. Baca tiap ingin bersenggama:

Bismillahirahmanirrahim. Cang cang setandang besi. Anak harimau setandang malam. Keras kalam menjadi besi. Keras siang hingga ke malam. Keras seperti besi khurasini. Panah batu, batu runtuh. Panah gunung, gunung runtuh. Panah selera dengan aku. Oh nyaman, oh berkat aku pakai. Dengan berkat Laa ilahha illallah.

3 tanggapan untuk “ASMARAGAMA: Viagra ala Nusantara”

  1. saya kira Gatholoco itu nama lain dari gatotkoco taumya coli hahahaha

    Suka

  2. Amongrara dan tembangraras,
    tidak langsung bersenggama setelah hari ucap janji,
    amongrara mengajarkan sejumlah rahasia kepada istrinya,
    bagaimana hubungan intim ini mencapai puncak penyatuan sejati,
    hingga malam ke empat puluh

    sebelum tibanya malam itu,
    mereka hanya saling bicara.

    yang sedikit sekali kemungkinan dilakukan pasangan modern

    Disukai oleh 1 orang

    1. Macan ditunggu (sabar) sampai puncaknya. Lalu MELEDAK! Aduh pasangan modern sih, langsung tabrak biasanya. Jadi kualitasnya kurang kliatannya

      Suka

Tinggalkan komentar

About Me

I’m Jane, the creator and author behind this blog. I’m a minimalist and simple living enthusiast who has dedicated her life to living with less and finding joy in the simple things.